51 PERSEN PENUMPANG BUS PATAS, PENGGUNA MOTOR ; Hari Ini, Terakhir Ujicoba Bus Patas

YOGYA (KR) - Ujicoba bus Patas Trans Jogja akan berakhir, Minggu (24/2) hari ini. Dengan demikian, tarif normal penumpang Rp 3.000 mulai diberlakukan, Senin (25/2) besok. Sedangkan tarif pelajar Rp 2.000, dengan mendaftar secara kolektif di sekolah.

Akan berakhirnya ujicoba bus Patas dikemukakan Kabid Angkutan Dinas Perhubungan DIY, Sigit Haryanto kepada KR, Sabtu (23/2) kemarin. Sebelumnya, DPRD DIY meminta agar ujicoba tidak terlalu lama. Namun untuk memenuhi permintaan tersebut, menunggu persetujuan gubernur.
Menurut Sigit, pihaknya telah mendapatkan kepastian bahwa tarif diskon ujicoba, Rp 1.000 masih dapat dinikmati masyarakat hingga Minggu hari ini. Diakui dengan tarif yang murah tersebut, mengundang minat masyarakat untuk mencoba menggunakan bus Patas. Akibatnya, penumpang bus Patas membludak, sehingga perpindahan penumpang di halte memakan lebih lama dari perkiraan.
"Akibat berhenti dihalte lama, maka membuat jadwal kedatangan bus di halte lainnya terlambat, sehingga penumpang menunggu lama," ujar Sigit menanggapi keluhan penumpang.

Sedangkan mengenai mesin tiket yang rusak, Sigit mengharapkan semuanya bisa normal kembali. Kalau pun nanti ada yang macet, akan menggunakan back up rider.
Sementara itu, Ketua Tim HiLink Project Improving Bus Ticketing in Yogyakarta Province Prof Dr-Ing Ir Ahmad Munawar MSc mengatakan, bus Patas Trans Jogja yang mulai ujicobaoba 18 Februari 2008 mempunyai daya tarik cukup tinggi untuk menarik minat para pelaku perjalanan. Proyek HiLink kerja sama dengan UGM, Kyushu University Jepang dan Pemprop DIY, serta Pemkot Yogyakarta, 18 dan 19 Februari 2008 telah melakukan evaluasi pengoperasian Trans Jogja tersebut.
"Evaluasi dilakukan melalui survei wawancara dengan responden sebanyak 360 orang terdiri 60 orang x 6 trayek. Hasilnya, pengguna bus Trans Jogja 40 persen merupakan pengguna angkutan umum sebelumnya. Terbanyak 51 persen pengguna sepeda motor, bahkan ada yang menggunakan mobil (3 persen)," ujar Prof Ahmad Munawar, Sabtu (23/2) ketika memaparkan hasil survei tentang keberadaan bus Trans Jogja ini.
Kemungkinan menggunakan Trans Jogja setelah ujicoba 3 persen responden menyatakan tidak, kadang-kadang 66 persen, sering 24 persen dan selalu akan menggunakan Trans Jogja 7 persen. Responden yang sebelumnya menggunakan sepeda motor dan mencoba bus Trans Jogja 79 persen kadang-kadang akan menggunakan sarana angkutan baru ini. Bahkan 3 persen dari responden pengguna sepeda motor akan berpindah menggunaan bus Trans Jogja di masa mendatang.
Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan hasil survei yang dilakukan pada saat sebelum ujicoba, yaitu hanya 1,7 persen yang menyatakan akan pindah menjadi pengguna bus Trans Jogja. Penuh harapan sesudah ujicoba ini dengan tarif normal pengguna angkutan baru ini tidak kurang dari 50 persen jumlah penumpang pada saat ujicoba. Rencana adanya tiket berlangganan, yang paling menarik tiket harian.
Tiket harian ini dapat digunakan sehari penuh tanpa memandang beberapa kali digunakan, yang diminati 49 persen dari seluruh responden, disusul tiket bulanan 19 persen, tiket mingguan 14 persen. Harga tiket saat ujicoba Rp 1.000 sebagian besar atau 65 persen responden menyatakan murah. Tiket normal Rp 3.000 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar, 14 persen menyatakan murah, 50 persen menyatakan cukup dan 36 persen menyatakan mahal.
Sedangkan Kabag Kerjasama Setda Kota Kadri Renggono mengatakan, selama ini untuk halte milik kota yang banyak mendapatkan sorotan masalah pegangan difabel yang belum sesuai standar serta lidah halte. Untuk itu evaluasi dengan Dishub DIY dilakukan. Namun demikian untuk perbaikan dan pembenahannya, belum tahu siapa dan anggaran mana yang akan digunakan. Yang jelas dalam APBD tahun ini, Pemkot tidak menganggarkan untuk hal tersebut. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan adanya budget guna pembiayaan tersebut.
Namun, ujar Kadri, mengingat masih dalam tahap pemeliharaan, seharusnya halte masih menjadi tanggungan pihak ketiga, yaitu PT Lendis Cipta Media. Walaupun sebenarnya masalah pegangan difabel dan lidah halte hanyalah pekerjaan tambahan.
Mengenai pergola, baru diujicoba pada 1-2 halte, tetapi karena belum sesuai dengan desain Pemkot, maka akan diulang. (Jon/R-5/Asp/Ret)-f

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor