Ritual Baru di Situs Mataram

Nguras Sendang Seliran Jadi Even Budaya
RADAR JOGJA - BANTUL - Desa Jagalan, Banguntapan, Bantul (Kotagede Kultural) memiliki ritual budaya Nguras Sendang Seliran. Tradisi itu sebetulnya sudah berlangsung puluhan tahun silam. Namun, tradisi itu dilakukan dengan ritual resmi bersama abdi dalem Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta.

"Semangat kami adalah kebangkitan budaya Jawa dan pelestarian keistimewaan DIJ. Ini sebuah kegiatan budaya yang berurutan, dimulai dari selatan (Imogiri) dengan nawu enceh, lalu ke utara Rebo Pungkasan di Wonokromo, dan sekarang di Jagalan yang masuk Kotagede kultural dengan Nguras Sendang Seliran," ucap Lurah Jagalan Saleh Uddin kepada Radar Jogja kemarin.

Agenda budaya ini, lanjut Saleh, merupakan titik awal ritual budaya yang bakal digelar rutin tahunan, setiap tanggal 10 Bada Mulud (penanggalan Jawa). Penyandang gelar nama keraton Mas Penewu Joyo Permana ini mengaku telah menyiapkan serangkaian kegiatan akbar sebagai penunjang ritual budaya Nguras Sendang Seliran.

"Kami serius membangun aset budaya ini untuk membangkitkan pariwisata di peninggalan kerajaan Mataram. Tahun depan, acara seperti kirab budaya dan festival kesenian Jawa menjadi unggulan kegiatan ini," paparnya.

Tradisi Nguras Sendang Seliran itu pun mendapat sambutan positif dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bantul. Kepala Disbudpar Suyoto yang hadir di acara ini menyatakan siap mem-back up even budaya ini. Aset budaya yang ada di Kotagede (Jagalan) itu dinilainya, sangat istimewa. Soalnya, dari tanah Kotagede inilah menjadi cikal bakal Keraton Surakarta dan Jogja.

Tradisi ini dimulai dari bangsal luar dengan iringan abdi keraton Surakarta dan Ngayogyakarta. Uba rampe berupa dua buah siwur (gayung batok kelapa), nasi tumpeng, dan buah-buahan, dibawa ke bangsal pecaosan yang terletak di luar pintu gerbang makam Panembahan Senopati.

Usai didoakan, secara simbolis air di dua Sendang Seliran (sendang kakung dan putri) diambil dengan siwur lalu di bawa ke bangsal pecaosan kembali. "Setelah ada pelaporan tentang kegiatan selama setahun, sendang ini dikuras oleh warga setempat. Tradisi ini sebagai simbol membersihkan diri. Sendang sebelum diisi air kembali, diambil dulu air suci dari dua sumber di dalam makam dan di bawah pohon beringin," jelas Saleh. (ayu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor