TV Lokal

Jogja Potensi Pemirsa Terbesar
RADAR JOGJA - Jogja termasuk daerah dengan potensi pemirsa televisi lokal terbesar di Indonesia. Hal itu berdasarkan riset yang dilakukan lembaga riset AGB Nielsen kepada telivisi lokal di nusantara.

"Ternyata dua televisi lokal di Jogja yakni Jogja TV dan RB TV memiliki jumlah pemirsa yang cukup besar dibandingkan daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pemirsa televisi lokal di Jogja sangat potensial. Tidak rugilah mendirikan televisi lokal di Jogja," jelas Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIJ Rahmat Arifin kemarin.

Dikatakan, prospek televisi lokal sangat besar terutama dengan adanya sistem siaran berjaringan antara stasiun televisi lokal dengan nasional. Siaran televisi nasional tidak hanya direlay tetapi kewajiban untuk mendirikan cabang di daerah-daerah. Ini kesempatan emas bagi televisi lokal.

Selain itu, masa depan televisi lokal juga prospektif karena akan terjadi pembagian kue iklan. Selama ini kue iklan hanya terbagi di Jakarta. Namun, dengan adanya televisi lokal kue iklan dari Jakarta bisa disebar.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Jogja berpotensi besar untuk pendirian televisi lokal. Di antaranya tingkat pendidikan masyarakatnya yang tinggi. "Jika dilihat dari kue iklan, Jogja memang tidak signifikan seperti Jakarta. Tetapi karakter masyarakatnya yang kritis merupakan faktor menguntungkan bagi kehidupan televisi lokal."

Namun Rahmat mengingatkan hanya televisi lokal yang tetap menjunjung budaya lokal yang akan dipandang. Karena masyarakat akan menilai televisi itu mampu menyajikan hal yang berbeda. "Tayangan yang mengakar pada budaya lokal merupakan tayangan alternatif bagi masyarakat di tengah-tengah tayangan televisi nasional. Rata-rata televisi nasional lebih menyajikan acara hiburan. Setiap jam ada sinetron."

KPID mengharapkan televisi lokal mampu menyajikan satu dari tiga lokomotif Jogja. Yakni aspek pendidikan, budaya, dan pariwisata. "Televisi lokal bisa mengambil satu dari tiga lokomotif tersebut."

Hanya saja Rahmat mengakui pihaknya belum mengetahui berapa perbandingan antara masyarakat yang melihat televisi lokal dengan televisi nasional. Untuk itu, menurutnya, televisi lokal harus berani menentukan posisinya di antara televisi nasional.

"Ada satu pertanyaan yang belum pernah dijawab oleh pengelola televisi lokal kaitannya dengan keberadaan televisi nasional. Apakah televisi lokal akan berhadapan secara frontal atau lebih memposisikan diri sebagai televisi alternatif," ujar mantan penyiar Radio Trijaya ini.

Dikatakan Rahmat, yang dimaksud dengan televisi alternatif adalah tetep berpegang teguh dengan acara lokal. "Dan secara rutin melakukan penelitian untuk mengetahui respon masyarakat akan isi tayangannya."

Lebih lanjut Rahmat mengaku optimistis televisi lokal memiliki masa depan di Jojga. Hanya saja jalan itu tidak mudah. "Sampai saat ini dua televisi lokal di Jogja masih berusaha mencari jati dirinya. Dari segi teknis dan program, memang belum optimal. Tetapi kami mengharapkan agar pengusaha mampu mengelola chanel yang merupakan ranah publik dengan sebaik-baiknya," ujarnya. (lai)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Terekam CCTV, Napi Asimilasi Ini Curi Uang dan Rokok di Pasar Sleman

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir