Pengejawantahan Pluralitas di Jogja Benar-benar Nyata

UB-USA Dialog Pluralitas dengan Sultan HB X

BERNAS JOGJA -- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan di Jogja terdapat garis imajiner, yaitu Merapi, Tugu, Keraton dan Panggung Krapyak.
Arah ke utara menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan ke selatan menggambarkan hubungan antara Sultan dengan umat dan masyarakat dimana Sultan memiliki kewajiban untuk menghantarkan umat dan masyarakat kepada Tuhan dan mengalami kemakmuran.
"Oleh karena itu, waktu Sultan HB IX mengubah kerajaan menjadi DIY, yang pertama didirikan adalah UGM dengan tujuan untuk mencerdaskan bangsa dan mengakomodasikan pluralitas," katanya saat menerima kunjungan Board of Trustee dari United Board (UB) USA yang didampingi Rektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Pdt. Dr. Budyanto, PR I Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Ir H Sarwidi, Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) Prof Dibyo Prabowo dan Rektor Universitas Muhammadiah Yogyakarta (UMY) Dr Khoirudin, di Gedung Wilis Kepatihan, Rabu (30/4).

UB-USA yang berkunjung terdiri dari Patricia Stranahan selaku Presiden UB, Dr Nancy Chapmen, Dr Ruth Hayhoe, Dr Michael Gilligan, Rev Dr I John Hesselink, Dr William Lesher, Dr Daniel Preman Niles, Dr Angela Wai Ching Wong, Betty Dernil‑McCann. Mereka merupakan orang‑orang independen yang memberi perhatian pada upaya pengembangan nilai‑nilai perdamaian, kemanusiaan dan pluralisme.
Kunjungan mereka adalah untuk lebih memahami lebih jauh pandangan Sultan HB X beserta para rektor tentang pengejawantahan paham pluralisme di DIY.

Sultan menambahkan, pluralitas tidak hanya paham pendidikan, melainkan juga menjaga keselamatan dunia (alam ciptaan-Nya--red), menegakkan kejujuran dan integritas, serta menumbuhkan rasa kemanusiaan untuk membangun kebersamaan.
Pengejawantahan pluralitas di Jogja juga berakar dari filosofi masyarakat Jawa yang memupuk rasa Ketuhanan dan membangun rasa Kemanusiaan bukan rasa keagamaan. Jika semua aspek tersebut disadari, maka hubungan antar manusia akan harmoni. Dari situ dimungkinkan tumbuhkan sikap saling menghargai komunitas, etnik dan religiusitas satu dengan yang lain.

Pada kesempatan lain, Rektor UKDW Pdt Dr Budyanto mengungkapkan bahwa UKDW terus mengembangkan wawasan dan penelitian tentang Pluralitas melalui beragam pusat studi yang dibangun, seperti Pusat Studi Agama‑Agama, Feminisme, Konflik dan Perdamaian dan Pusat Studi ICRS Interreligious Study, serta kerjasama antar lembaga‑lembaga yang berbeda religiusitasnya.
Sedangkan Rektor UAJY Prof Dibyo Prabowo mengungkapkan bahwa UAJY telah mengembangkan matakuliah religiusitas bukan matakuliah agama yang diikuti oleh para mahasiswa.
PR I UII Prof Ir H Sarwidi mengungkapkan bahwa UII juga mengembangkan dialog nilai‑nilai universal melalui programa Lentera Hati di Radio dan Stadium General. Sementara itu Rektor UMY Dr. Khoirudin mengungkapkan adanya riset korporasi untuk menjawab tantangan jaman dewasa ini.

Pada bagian lain, Sultan menegaskan bahwa dalam konteks hubungan yang makin mengglobal dewasa ini, Jogja dapat memberi kontribusi, karena pengejawantahan pluralitas di Jogja benar‑benar nyata. Di tingkat nasional, Sultan juga mengingatkan adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dimana bangsa Indonesia yang berbeda suku dan agama mengakui kesatuan, tetapi juga mengakui kebhinnekaan.
Setelah berdialog bersama Sultan, tamu dari UB-USA menyempatkan diri untuk mengunjungi UKDW guna melihat manfaat dari program pengembangan pluralisme yang disponsorinya.
Dalam kunjungannya selama dua hari sejak 30 April sampai 1 Mei 2008 di Indonesia, mereka hanya khusus mengunjungi Jogja untuk bertemu dan berdialog dengan berbagai elemen masyarakat di kota ini. (bj)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor