UGM Bantah Dipanggil SBY

RADAR JOGJA. TIM peneliti UGM ternyata batal bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemarin, baik rektor maupun peneliti UGM masih berada di kampur biru. Hanya Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM Dr Sudihartono yang saat ini masih di Jakarta. Itu pun dalam rangka kerja sama dengan Pertamina.

"Ketidakhadiran bapak (Sudiartono, Red) dalam jumpa pers ini karena harus menghadiri kerja sama dengan Pertamina," bantah Program Development PSE UGM Rita Kristiyani kemarin.

Rita meminta untuk mengecek kebenaran informasi yang disampaikannya. "Silakan saja cek langsung atau telpon HP-nya kalau nggak percaya," pinta Rita.

Bantahan juga diugkapkan Rektor UGM Prof Soedjarwadi. Dia menegaskan, UGM belum menerima panggilan dari Presiden untuk memberikan kajian ilmiah soal BBM berbahan baku air. "Belum, informasinya dari mana itu," kilah Soedjarwadi yang dimintai konfirmasi usai salat Jumat di Balairung kemarin.

Tapi rektor mengaku, UGM siap apabila sewaktu-waktu dipanggil Presiden untuk memberikan kajian ilmiah tentang temuan BBM alternatif itu. "Kami akan serahkan pada ahlinya yang berkompenten di bidang ini," tuturnya.

Bantahan serupa juga dilakukan Tumiran. Ketua Jurusan Teknik Elektro ini membantah mendapat panggilan dari sekretaris negara (setneg) untuk berdiskusi dengan Presiden terkait dengan BBM berbahan baku air. "Nggak bener saya hari ini dipanggil Presiden. Buktinya saya masih disini," kilahnya.

Keterangan Tumiran berbeda saat bertemu dengan beberapa wartawan di PSE UGM Kamis (29/5) lalu. Kamis usai berdiskusi di PSE UGM dengan para peneliti lain, Tumiran dan Sudiartono menerima short message service (SMS). SMS ke HP milik Tumiran dengan tipe Nokia Comunicator 9500 berasal dari orang dengan nama Yuli Batan.

Isi SMS tersebut antara lain berbunyi, Pak ada undangan dari setneg untuk berdiskusi dengan Presiden Jumat pukul 13.00 besok. Undangan untuk rektor dikirimkan sendiri sedang untuk Bapak Sudiartono, Sihana, dan Tumiran ada di tempat saya. Tolong segera cari tiket untuk berangkat ke Jakarta.

SMS tersebut dikirimkan sekitar pukul 15.00. Sudiartono mendapat SMS terlebih dulu, sedang Tumiran belakangan. Saat itu kedua peneliti tersebut tengah berdiskusi dengan wartawan koran ini dan wartawati salah satu media nasional.

SMS tersebut bahkan sempat dibaca bersama-sama dengan wartawan koran ini dan wartawati itu. "Ya, memang ada SMS, tapi kan kami belum menerika undangan," kilah Tumiran saat dikonfirmasi soal keberadaan SMS tersebut. (sam)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor