Puting beliung ancam DIY

(Harian Jogja) MANTRIJERON: Kejadian hujan es di Gunungkidul dan angin ribut di Magelang, Selasa (21/10), akan terus berlanjut sepanjang masa pancaroba atau peralihan musim, yang diperkirakan di wilayah DIY akan berakhir pertengahan November.
“Memasuki musim penghujan, potensi terjadi angin ribut dan puting beliung semakin menipis,” kata staf Basic Klimatologi Bagian Informasi dan Data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) DIY, Sigit Prakoso, kepada Harian Jogja melalui telepon, kemarin.

Dia mengatakan pada dasarnya bentuk topografi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara keseluruhan mendukung terjadinya aktivitas awan yang menelorkan puting beliung. “Terutama di daerah yang kurang vegetasi dan kota yang banyak gedung-gedung penyebab panas di daratan.”
Angin puting beliung memiliki kecepatan hingga 120 km/jam, dan berlangsung antara 1-5 menit. Bencana alam itu bersifat lokal, tapi sanggup mengangkat atap rumah dan memporak-porandakan permukiman.

Timbul dari gerakan angin secara mendadak di awan commulusnimbus (cb) dari tekanan tinggi di puncak awan (dingin), menuju tekanan rendah di daratan (panas).
Sigit menuturkan pergerakan angin akan lebih cepat sampai ke daratan jika di wilayah daratan memantulkan panas dan bertanah lapang tanpa bebukitan. ”Gedung-gedung di perkotaan dan tanah tandus lapang menyumbang terjadinya angin itu,” katanya.

Ciri-ciri awal munculnya angin kencang hingga puting beliung, terang Sigit, antara lain terjadinya panas terik dalam 1-2 hari berturut-turut, dan pada hari berikutnya mendadak muncul awan rendah berbentuk bunga kol berwarna pekat membawa udara dingin.
“(Awan) itu ketebalannya bisa mencapai 9 kilometer, dan puncak awan bisa berupa es,” terang Sigit. Ciri-ciri selanjutnya, sesaat sebelum kejadian puting beliung, biasanya berembus angin sepoi yang berasa dingin.

Sigit menjelaskan peristiwa alam seperti di Gunungkidul dan Magelang yang memakan korban luka ringan dan berat pada Selasa lalu, belum diketahui apakah hanya angin kencang ataukah puting beliung. “Kami minim data dari sumber di tempat kejadian.”
Berdasarkan data di BMG, kejadian angin ribut dan puting beliung biasa terjadi pada siang hingga sore hari. Sedangkan kejadian pagi dan malam hari sangat minim. “Ya, paling banyak memang (terjadi) pada rentang pagi hingga sore,” ujar Sigit.

Kepala BMG DIY, Budi Waluyo, menambahkan angin puting beliung tidak bisa diprediksi secara akurat kejadiannya. “Setelah melihat tanda-tandanya, baru bisa diprediksi setengah sampai satu jam sebelum kejadian. Itu pun tingkat akurasinya 50 persen,” jelasnya.

POTENSI PEMBENTUKAN AWAN
Pemicu terjadinya puting beliung

Sleman bagian Barat Godean, Seyegan, Berbah, Kalasan
Kota Jogja Seluruh wilayah kota
Bantul Seluruh daratan Bantul terutama Piyungan
Gunungkidul Daerah yang memiliki tanah lapang luas
Sumber: BMG DIY

Oleh Nugroho Nurcahyo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor