ANALISIS : Dolar Makin Liar

Oleh : Prof Dr Sukmawati Sukamulja

DALAM beberapa wawancara di KR, sering saya katakan bahwa pada bulan November jika banyak ekspor yang gagal, maka dolar akan mencapai Rp 13 ribu. Hari yang tidak diharapkan ini akhirnya tiba pula. Hari Jumat, 21 November dolar telah menembus di angka Rp 13 ribu per dolar AS. Malahan pada pukul 14.20 WIB dolar diperdagangkan pada harga Rp 13.200. Melemahnya rupiah menjalar ke Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi 1 langsung melorot tajam sebesar 2, 45%. Walaupun kemarin pemerintah telah melakukan intervensi pasar tetapi dolar tetap sulit dikendalikan. Dolar bergerak liar di kisaran Rp 13 ribu. Kenyataan pahit ini mau tidak mau harus diterima oleh kita bangsa Indonesia yang terimbas resesi dunia.

Mengapa resesi keuangan dunia yang dimulai dari Amerika Serikat justru memperkuat dolar? Gagalnya kridit perumahan (subprime mortgage) dibarengi dengan defisit ganda (Neraca Pembayaran dan Fiskal) dan inflasi tinggi telah menyeret US dalam krisis keuangan. Resesi keuangan menyebabkan persoalan likuiditas di US. Perusahaan US yang mengalami credit loses (kerugian karena kredit) mencapai $ 750 miliar, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut menjual aset-asetnya baik di dalam US maupun di luar US, termasuk aset finansial di Indonesia yang berupa Surat Utang Negara (SUN) maupun Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebutuhan akan US dollar meningkat seiring dengan penjualan aset finansial tersebut.

Hukum ekonomi berbicara bahwa jika permintaan meningkat, tanpa dibarengi dengan penawaran, maka harga akan meningkat. Dari sisi permintaan, kebutuhan tinggi akan US dolar disertai pula dengan unsur spekulasi para pemilik modal menyebabkan dolar melambung tinggi menembus angka Rp 13 ribu. Dari sisi penawaran, berkurangnya devisa yang masuk akibat dari gagalnya ekspor menyebabkan tersedianya US dollar terbatas.

Problem likuiditas menyebar ke Eropa dan negara-negara lain yang berhubungan ekonomi dengan US. Hampir tidak ada sebuah negarapun di dunia ini yang tidak berhubungan ekonomi dengan US. Ekspor negara Eropa, Asia dan Australia ke US tersendat dan banyak yang gagal karena likuiditas yang rendah di US. China yang biasa mempunyai pangsa pasar besar di US pun terkena dampaknya sehingga banyak perusahaan China yang mulai merumahkan karyawannya.

Demikian pula Indonesia, makin banyaknya ekspor produk Indonesia yang gagal dilempar ke pasar menyebabkan berkurangkan devisa makin banyak perusahaan yang telah dan akan merumahkan karyawannya. Pemutusan hubungan kerja besar-besaran mulai terlihat di beberapa kota pada beberapa sektor industri seperti tekstil, mebel dan kerajinan.

Kebijakan pemerintah yang mengatur lalu lintas devisa (melalui monitoring jumlah dan harus menunjukkan NPWP) serta stimulus untuk menghambat capital flight melalui peningkatan penjaminan sudah on the track, namun kebijakan tersebut mempunyai dampak negatif. Ketakutan likuiditas akibat tight money policy BI telah memicu bank di Indonesia untuk membatasi dan membatalkan pembiayaan modal kerja banyak perusahaan. Ketakutan akan likuiditas perbankan menghambat perusahaan yang ingin survive untuk mendapatkan kucuran dana dari sektor perbankan. Apabila pembiayaan dihentikan, maka bisa dipastikan banyak perusahaan yang tidak lagi mampu memperoleh modal kerja untuk operasi dan akibatnya sudah bisa diduga bahwa banyak para karyawan akan dirumahkan.

Dalam kondisi kegalauan ekonomi amat diharapkan adanya bantuan dari pihak pemerintah melalui bantuan likuiditas perbankan untuk membantu perusahaan padat karya agar krisis keuangan tahun 2008 tidak menjadi krisis keuangan jilid-2. Melalui bantuan tersebut diharapkan perusahaan padat karya tetap bisa bertahan dalam menghadapi krisis serta angka pengangguran tidak meroket.

(Sebagaimana disampaikan Prof Dr Sukmawati Sukamulja, Gurubesar Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta kepada Ronny SV)-n

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor