Efisiensi, 228 Pekerja Di-PHK

Perajin Bambu Sepi Pemesan
RADAR JOGJA - SLEMAN - Sedikitnya 228 buruh yang bekerja di berbagai perusahaan di Sleman telah di-PHK. Keputusan yang dirasakan pahit bagi pekerja itu merupakan dampak krisis global.
Kepala Bidang Nakersos Drs Basuki mengatakan, langkah tersebut merupakan keputusan tiga perusahaan melakukan efisiensi pegawai.
Tiga perusahaan tersebut adalah perusahaan lampu Gel-Lighting, perusahaan plastik Startlight Termoplus dan perusahaan distributor rokok Gudang Garam PT Surya Kerta Bakti.

"Efisiensi rata-rata telah dilaksanakan akhir November sampai awal Desember ini. Tapi semua berjalan baik. Seluruh hak pegawai sudah dipenuhi termasuk pesangon," kata Basuki didampingi Kasie Hubungan Industrial Supriyono. Efisiensi terpaksa dilakukan perusahaan-perusahaan yang produknya diekspor maupun bahan bakunya didatangkan dari luar negeri.

Gel Lighting menghentikan 200 karyawan, Starlight Termoplus 12 orang, sedangkan PT Suryakerta Bakti sebanyak 16 orang. Kata Basuki, sistem pemecatan tersebut dengan cara tidak memperpanjang masa kontrak dan pensiun dini bagi karyawan tertentu.
"Jadi masa kontrak mereka habis, lalu tidak diperpanjang. Ada juga yang istilahnya pensiun dini," tambahnya.

Dari pantauan Nakersos, baru tiga perusahaan yang telah melakukan PHK. Sejumlah perusahaan, terutama gramen dan tekstil, juga telah mengurangi jam kerja dari enam hari menjadi lima hari kerja.
"Yang kami amati perusahaan tidak ada lagi lembur, ini karena produksi memang sudah berkurang," jelas Basuki. Soal penguatan modal dari pemerintah yang telah dianggarkan dalam APBD Sleman, eksekutif masih membahas. Sebab, penguatan modal senilai Rp 5 juta per orang hanya diberikan kepada 100 orang. Mereka yang berhak mendapatkan penguatan modal akan diseleksi dari aspek kependudukan, embrio usaha, memiliki keluarga dan berusia diatas 35 tahun.
"Mereka harus warga Sleman. Nanti seleksi akan kami lakukan untuk memilih siapa mereka yang berhak mendapatkan penguatan modal," katanya.

Nah, perajin bambu juga mulai merasakan krisis global. Para perajin mengeluhkan sepinya pemesanan sejak dua bulan terakhir. Padahal, pesanan dari luar negeri sebelum krisis global, sangat tinggi. (lin)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor