Pemilu Raya UGM, Bagaimana Capresma Kumpulkan Dana Kampanye?

Jalur Partai Disokong Kas, Calon Independen Sisihkan Kiriman Ortu
RADAR JOGJA - Keseriusan para kandidat Presiden Mahasiswa (Presma) UGM terlihat dari bentuk publikasi yang maksimal. Flyer, poster, hingga baliho mereka, ramai terpampang di berbagai sudut Kampus Biru. Setiap kandidat pun punya cara sendiri dalam mengumpulkan dana kampanye dalam Pemilu Raya (Pemira) ini.

LUTFI RAKHMAWATI, Jogja
---------------------------------------------------

Tidak semua capresma (calon presiden mahasiswa) maju atas nama partai. Dari lima orang capresma, dua orang di antaranya datang sebagai calon independen. Biaya kampanye menjadi tanggungan pribadi.

Salah seorang kandidat yang maju lewat jalur independen adalah Ganendra Widigdya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) ini mengatakan, dana kampanyenya berasal dari kantong pribadi, ditambah dukungan teman-temannya.

Ganda, begitu dia biasa disapa, sudah menyiapkan dana kampanyenya sejak tiga bulan lalu. Mahasiswa asal Padang, Sumatera Barat, ini tidak mau meminta dana dari orangtuanya.

''Saya nggak mau merepotkan orang tua saya. Jadi, saya ambil dari jatah bulanan. Kira-kira sepertiga uang bulanan saya disimpan untuk dana kampanye," papar pria berkacamata ini kepada Radar Jogja kemarin.

BEM UGM membatasi jumlah sumbangan pribadi bagi para capresma. Seorang pendukung hanya bisa memberikan paling banyak Rp 250 ribu.

Ganda merasa cukup terbantu dengan bantuan yang datang kepadanya. Dengan dana kampanye yang berhasil dikumpulkan, Ganda dan tim suksesnya mampu membuat tiga baliho yang dipasang di sekitar MM (Magister Managemen), FKG, dan Fakultas Peternakan.

Sebagai mahasiswa FEB, Ganda bisa memanfaatkan koneksi dan pengalaman organisasinya untuk mendapatkan berbagai kemudahan. "Saya tahu tempat bikin baliiho yang murah. Soalnya sudah kenal dengan pemiliknya," katanya.

Capresma lain yang datang dari jalur independen, Lakso Anindito, juga melakukan hal sama. Dia tidak meminta dana dari orang tua. Seluruh dana kampanyenya diambil dari uang pribadi dan sumbangan pendukung-pendukungnya.

Untuk menyiasatinya, dia tidak mengalokasikan banyak dana untuk publikasi. ''Di antara kandidat yang lain, mungkin hanya saya yang tidak pakai baliho. Strategi kampanye saya adalah terjun langsung ke lapangan," tandas mahasiswa Fakultas Hukum (FH) ini.

Meski datang sebagai calon independen, Lakso mengaku tetap optimistis dengan kansnya untuk berhasil. ''Saya serius maju sebagai calon. Dan saya rasa, program saya cocok diterapkan di UGM," tegas mantan Redaktur Pelaksana SKM Bulaksumur Pos ini. Dia dan 10 orang tim suksesnya lebih memilih jalur kampanye yang tidak memakan banyak biaya.

Bagi capresma yang maju lewat jalur partai, dana kampanye menjadi urusan yang ditanggung bersama. Calon dari Partai Lingkaran Mahasiswa Aulia Rochman Alfahmy, misalnya. Partainya mengembangkan berbagai usaha seperti jasa membuat website, menarik iuran dari para anggotanya dan alumni.

Aulia merasa sangat terbantu dengan iklim kewirausahaan yang dikembangkan di partainya. "Karena itu, saya sangat menekankan pentingnya jiwa kewirausahaan. Jadi kita bisa independen secara finansial," paparnya.

Dia juga mengaku banyak terbantu dengan teknologi. "Sekarang bikin baliho tidak terlalu mahal. Cukup terjangkaulah oleh kantong mahasiswa," katanya. Menanggapi kiprah para calon independen, Aulia beranggapan itu sesuatu yang bagus. "Jadi banyak variasinya," ujarnya, sambil tersenyum.

Calon lain yang masuk lewat jalur partai adalah Niccolo Attar. Alokasi dana pribadi masih ada, tetapi tidak banyak jumlahnya. "Sekitar 60 persen kebutuhan kampanye ditanggung partai kok. Dari saya pribadi paling 40 persen," tutur kandidat dari Partai Boulevard ini.

Partainya memasang dua spanduk dan dua baliho di sekeliling kawasan UGM. ''Cukuplah untuk publikasi,'' tambahnya.

Partai Bunderan yang diwakili Qodarudin Fajri Adi juga mengandalkan kas partai untuk berkampanye. Partainya terbilang punya kekuatan yang cukup besar. Hal ini diakui beberapa capresma lain. Dalam Pemira UGM kali ini, partainya menekankan pentingnya komunikasi antarfakultas dan lembaga di sekitar kampus. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor