Pendapatan UKM Turun 30%

HARIAN JOGJA: Akibat krisis global yang terjadi sekarang ini mengakibatkan pendapatan sektor usaha kecil menengah (UKM) di Jogja turun hingga 30%. Kepala Bidang Bimbingan Teknis Dinas Perindustrian Kota, Bambang Supriyatno mengatakan saat ini terjadi penurunan pendapatan dan omzet itu dialami oleh beberapa sektor kerajinan seperti perak, kulit, batik garmen, kerajinan serat alam.
“Kami sudah survei satu minggu lalu, rata-rata mereka mengeluh,” ujarnya pada Harian Jogja kemarin. Namun dia tidak menyebutkan jumlah penurunan pendapatan, dengan alasan bervariasi sesuai dengan jenis industrinya.

Hasil survei menunjukkan industri garmen paling besar terkena dampak krisis keuangan. Industri kecil menengah, khususnya bidang ekspor mengaku kesulitan mendapatkan order. Pihaknya akan terus melakukan monitoring dalam waktu enam bulan mendatang. Tidak semua UKM mengalami masalah, kerajinan musik miniatur menurutnya malah mengalami kenaikan dua kali lipat. Pihaknya kemarin memberikan bantuan modal bagi 350 usaha kecil seperti kerajinan perak, konveksi. Bantuan itu diberikan dengan pertimbangan pemulihan usaha pascagempa Mei 2006. Jumlah total industri kecil di Kota mencapai 4.554. Bantuan modal yang diberikan rata-rata mencapai Rp1 juta sesuai dengan bidang usaha.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY memperkirakan akibat dari krisis ekonomi global yang terjadi di Indonesia, pasar eksport kulit, garmen dan tekstil ke Amerika Serikat pada 2009 akan anjlok.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) DIY, Kusdarto, Selasa (9/12) memastikan penurunan eksport akan terjadi. Terlebih lagi, 40% pangsa pasar eksport dari DIY sektor ini adalah ke Amerika Serikat. “Kami belum bisa memprediksi berapa persentase penurunannya," katanya.

Data yang ada di Disperindakop DIY hingga Juni 2008, mencatat, volume ekspor DIY untuk tiga produk yakni kulit, garmen dan tekstil ke AS mencapai sekitar 1,4 juta kilogram yang terdiri dari 44 produk dengan nilai ekspornya mencapai US$28,4 juta.
Selama ini terang dia, strategi dan antisipasi yang dilakukan untuk mendorong ekspor DIY selama krisis global belum ditemukan. Pihaknya baru sebatas melakukan stimulasi melalui pertemuan-pertemuan kecil dengan pelaku usaha, dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan pihak lain.

Sementara, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY Jadin Djamaludin menandaskan, penurunan eksport tekstil DIY sebesar 30% hingga 40%. Menurut dia, ekspor tekstil di Uni Eropa sebesar 50% dan AS sebanyak 30%. Karena terjadi penurunan, jumlah produksi juga mengalami penurunan.
“Kemungkinan terdapat pengurangan jumlah tenaga kerja atau PHK. Di DIY ada 12.000 buruh yang bekerja di industri tekstil, dari jumlah itu sebanyak 30% atau sebanyak 3.000 orang terancama PHK,” katanya

Oleh Shinta Maharani & Jumali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor