SMA 6 YOGYA JUARA OLIMPIADE BACA APBN ; Pendidikan Gratis, Tak Mendidik

KR- PENDIDIKAN gratis, benarkah bisa diharapkan? Atau justru dinilai tidak mendidik. Jika hal tersebut benar-benar terealisasi, maka dikhawatirkan malah membentuk masyarakat menjadi malas dan secara otomatis semangat belajar mereka juga tidak ‘semenggebu’ kalau pendidikan tidak gratis. Padahal jika mempunyai semangat belajar yang tinggi, akan berimbas pada kualitas pendidikan.

Namun di sisi lain, anggaran APBN tahun 2009 sebesar 20 persen untuk pendidikan, bisa ‘sedikit’ meringankan beban masyarakat yang merasakan mahalnya biaya pendidikan. Pendidikan yang terjangkau, justru dinilai sebagai solusi terbaik. Selama ini terlihat hanya orang dari kalangan menengah ke atas saja yang bisa merasakan ‘nikmatnya’ pendidikan memadai. Sedangkan rakyat kecil semakin terpinggirkan dan hanya bisa merasakan pendidikan yang seadanya, karena minim biaya.
Demikian antara lain terungkap dalam Olimpiade Membaca APBN antarsiswa SMA, Kamis kemarin.

Gagasan tim debat SMAN 6 Yogyakarta tersebut, memang tidak didukung penuh oleh tim debat dari tim lain, SMAK Sang Timur. Mereka juga beranggapan, selama ini dana BOS tidak sampai menyentuh siswa SMA. Sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu membiayai anak mereka hingga jenjang itu. Mereka hanya sekadar ikut mensukseskan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Lulusan SMA, sekarang dianggap tidak masuk dalam perhitungan lagi. Perusahaan cenderung memilih lulusan SMK yang dianggap sudah memiliki keahlian khusus, dan dianggap mampu bersaing di dunia kerja. Padahal, banyak juga lulusan sarjana tidak bisa langsung bekerja yang mengakibatkan munculnya banyak pengangguran.

Prastika Fitri Anggara dari SMAN 6 Yogyakarta menambahkan, kalau selama ini kebijakan pemerintah masih jauh menyentuh rakyat. Subsidi BBM yang paling banyak menyedot anggaran APBN, menurut Fitri sudah selayaknya mulai dikurangi. Dananya dia harapkan dapat dialihkan ke pendidikan yang ke depannya akan menentukan nasib bangsa.

”BLT masih bisa diteruskan, hanya saja jika terus-terusan diberlakukan akan menciptakan masyarakat yang malas dan tidak mau bekerja,” terang siswi kelas XII Ilmu Sosial 1 ini.
Pendapat itu mengantarkan tim debat SMAN 6 Yogyakarta, yang beranggotakan Nurma Fitrianingrum, Pratika Fitri Anggara dan Ryan Eka Permana S sebagai Juara I lomba debat membaca APBN tingkat SMA se-Propinsi DIY. Kegiatan berlangsung dua hari Rabu-Kamis (3-4/12) di Ruang Seminar UPN ‘Veteran’ Yogyakarta itu, diselenggarakan atas kerja sama Serikat Penerbit Suratkabat (SPS) Pusat dengan Departemen Keuangan RI dan SKH Kedaulatan Rakyat.

Kukuh Sanyoto salah satu dewan juri mengungkapkan, cara penyampaian pendapat siswa SMAN 6 Yogya lebih terstruktur dan sistematis sehingga mudah dipahami. Ketika juri memberikan pertanyaan soal hubungan antara perubahan iklim dengan APBN, mereka mampu menjawabnya bagus. ”Kalau kemampuan mereka bisa semakin ditingkatkan, saya yakin tim mereka bisa sebagai salah satu yang diperhitungkan dalam final di Jakarta 19 Desember depan,” aku Kukuh.

Kukuh Sanyoto Direktur Eksekutif Newspaper in Education SPS Pusat mengatakan, hal yang perlu dipersiapkan tim dari SMAN 6 Yogyakarta, lebih banyak mengikuti berita-berita yang sedang terjadi belakangan terutama yang berhubungan dengan Ekonomi.
Terpilihnya tim debat SMAN 6 Yogyakarta tersebut semakin lengkap dengan prestasi yang diraih dalam kategori penulisan artikel. Hidayu Permata Hadi, juga tampil sebagai Juara I untuk mengikuti ketiga rekannya untuk bertarung di grand final di Jakarta. Hidayu berhasil mengalahkan 42 artikel yang berhasil masuk.

Pemenang lain untuk kategori debat diraih tim dari SMAK Sang Timur untuk Juara II dan juara tahun lalu dari SMA Muh 2 harus puas di peringkat III. Sedangkan untuk kategori penulisan artikel, Juara II diraih Rahmardi dari SMAN 1 Yogyakarta dan Danang Kirmanto dari SMAN 2 Bantul meraih Juara III. (Atiek Widyastuti H)-n

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor