Tolak Rencana Relokasi, PKL UGM Berunjuk Rasa

HARIAN JOGJA - DEPOK: Puluhan pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berjualan di kawasan kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (15/12) kemarin melakukan aksi demo di Bunderan UGM. Para pedagang itu menolak rencana relokasi yang akan dilakukan pihak kampus. Ketua Paguyuban PKL Boulevard UGM, Tukiyat (46), mengatakan sesuai hasil pertemuan antara pihak kampus dengan para PKL yang digelar Jumat (11/12) pekan lalu , pihak Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (PPA) UGM melalui PT Gama Multi menginginkan sejak 19 Desember 2008, daerah yang selama ini digunakan untuk berjualan oleh para PKL tersebut harus dikosongkan.

Alasan relokasi tersebut, imbuh Tukiyat, karena pihak kampus berencana menjadikan UGM sebagai kampus internasional. “Dengan begitu keberadaan PKL dianggap merusak pemandangan dan menjadi sampah,” katanya lagi.
Pemberitahuan perihal adanya rencana relokasi tersebut, imbuh Tukiyat, memang telah dilakukan berkali-kali. “Sejak sekitar 2004 lalu, memang pernah ada rencana untuk direlokasi, tapi hal ini kami anggap merugikan PKL karena lahan relokasi yang tidak sesuai,” tutur dia.
Adapun lokasi relokasi yang ditawarkan yakni di sebelah Timur Bank BNI UGM. Namun, lokasi tersebut dinilai tidak memenuhi syarat oleh para PKL. “Daerah itu merupakan pusat kegiatan mahasiswa dan juga sepi pembeli. Kalau memang harus direlokasi, kami mohon relokasi yang sesuai dengan keinginan kami,” pinta Tukiyat.
Selain relokasi, Tukiyat mengatakan pihak kampus juga akan menerapkan sistem kontrak yang dilakukan PT Gama Multi pada lokasi tersebut. “Dari aturan yang akan dibuat, PKL hanya diberi waktu selama empat tahun, setelah itu harus keluar.”
“Padahal, selama ini tidak pernah ada ketentuan semacam itu. Kalau memang menginginkan sistem kontrak, bagi kami sebenarnya tidak menjadi masalah, tapi segala sesuatunya ya mesti adil,” tegas pria yang mengaku sudah sejak 1982 [sekitar 26 tahun] menjadi PKL di kawasan UGM.
Aksi tersebut merupakan aksi perlawanan para PKL serta mahasiswa UGM yang merasa kebijakan relokasi tidak adil. Lakso Anindito, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum UGM yang turut melakukan aksi demo, mengatakan mahasiswa sangat membutuhkan PKL.
Keberadaan para PKL tersebut, menurut Lakso, tidaklah mengganggu apabila dikelola dengan baik. PKL masuk ke wilayah UGM semasa mantan rektor dijabat almarhum Prof Koesnadi Hardjasoemantri. Keberadaan PKL tersebut menurut Lakso bisa menjadi objek wisata seperti halnya di Thailand.
“Kami dari unsur mahasiswa melakukan aksi demo ini bukannya tidak punya konsep ataupun solusi sama sekali. Mahasiswa dalam hal ini memang sebatas menjadi mediator, tapi mahasiswa juga sudah punya konsep untuk ditawarkan terkait dengan pengelolaan PKL, tapi konsep itu tidak ditanggapi,” cetusnya.
Aksi kemarin itu diwarnai pula gerakan pengumpulan tanda tangan sebagai wujud dukungan terhadap PKL. Selain itu, sejak kemarin telah didirikan pula posko advokasi PKL, yang merupakan salah satu wujud penolakan kebijakan relokasi. Dengan adanya posko itu, PKL mengajak masyarakat ikut berpartisipasi memberikan dukungan kepada mereka.

Oleh Prihati Puji Utami

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor