Ajarkan Solidaritas, Ajak Anak-Anak

Dukung Palestina, Muslimah HTI Salat Gaib
JOGJA- Masjid Gede Kauman dipenuhi wanita berbusana putih dan mengenakan mukena. Meskipun belum masuk waktu salat dzuhur, para perempuan yang tergabung dalam Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu khusyuk menunaikan salat berjamaah. Rupanya, mereka sedang melaksanakan salat gaib. Salat gaib ditujukan bagi para korban dan pejuang perang Palestina.

Salat gaib dilangsungkan muslimah HTI Jogja sebagai dukungan terhadap para mujahiddin. Hal-hal semacam ini tidak bisa memberikan dukungan secara langsung, namun dipercaya bisa menambah dukungan moral. "Agar mereka tidak merasa berjuang sendiri. Karena kami di sini tidak bisa ikut, kami dukung dengan apa yang kami bisa," tutur Humas Muslimah HTI Jogja Agustina Purlina di sela-sela acara bertajuk Save Palestine with Jihad and Khilafah kemarin.

Secara konsisten, Muslimah HTI menggelar berbagai cara untuk mendukung Palestina. Beberapa saat lalu, mereka menggelar mimbar akademik muslimah di UC UGM. "Dengan berbagai upaya damai yang kami lakukan, kami memberikan seruan kepada para pemimpin untuk berbuat nyata bagi Palestina," tambahnya.

Para muslimah tidak hanya datang sendiri. Mereka juga mengajak serta beberapa anak mereka yang masih kecil untuk ikut salat. "Mereka harus diajarkan tentang solidaritas sejak kecil. Makanya saya ajak," tutur salah seorang jamaah yang datang membawa dua orang putrinya.

Dari yang terlihat, mereka belum begitu mengerti kenapa harus berada di sana. Tetapi sang ibu dengan halus menjelaskan. "Saudara kita di sana (Palestina) sedang perang. Kita bantu dengan salat," terangnya.

Dalam selebaran yang dibagikan beberapa hari sebelumnya, para muslimah diimbau mengenakan pakaian putih dan membawa mukena. Sebagian besar mengikuti imbauan sehingga jamaah salat gaib "berwarna" putih.

Juru bicara Muslimah HTI Febriyanti Abassuni berkata HT berjuang bersama dalam perang Palestina. Tidak semua terjun ke medan perang bersama mujahid, tetapi semua memberikan dukungan dengan kemampuan masing-masing. "Yang mampu mengangkat senjata ya mengangkat senjata, seperti teman-teman HT di Palestina. Yang tidak mampu mengangkat senjata ya tidak harus begitu," ungkapnya. (luf)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Terekam CCTV, Napi Asimilasi Ini Curi Uang dan Rokok di Pasar Sleman

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir