ANALISIS : Obama dan Indonesia

Oleh : Dr Bambang Cipto MA
(Publikasi KR) MULAI tanggal 20 Januari waktu Amerika Obama akan resmi menjadi presiden negara paling kuat saat ini. Bagi kita di Indonesia, pertanyaan paling penting dan mendesak adalah bagaimana masa depan hubungan Indonesia-Amerika di bawah Obama? Pertanyaan ini menjadi penting. Sebab Obama pernah menghabiskan sebagian masa kecilnya di negeri ini, sehingga selama kampanye berlangsung bahkan hingga saat ini media cetak maupun elektronik bersemangat menjadikan Obama sebagai icon berita yang mudah dijual di Indonesia.

Sekalipun ada bagian Indonesia pada kesadaran pikiran presiden kulit hitam ini bukan berarti bahwa bangsa Indonesia dapat berharap banyak dari Obama. Obama di Indonesia sangat berbeda jauh dengan Obama di Amerika. Di negeri Paman Sam Obama adalah sosok yang berhasil mencapai impian Amerika, yakni kerja ekstra keras, tanpa kenal lelah di lingkungan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi persamaan hak dan penghargaan terhadap sukses individu. Hanya orang yang paham budaya inilah orang dapat mencapai impian untuk menjadi orang paling berhasil sebagaimana Bill Gates dan lain-lain. Namun dalam bidang politik kerja keras pantang menyerah hanyalah sebuah persyaratan teoritis.

Tanpa memahami konteks budaya politik Amerika orang tak akan pernah berhasil mencapai posisi paling puncak di negeri ini, yakni presiden. Dalam upaya mendaki dan merebut posisi paling terhormat dan paling disegani di dalam dan luar negeri Amerika, Obama dikenal sangat lihai menjalin lobi dan mendapatkan dukungan dana. Obama terbukti memiliki kemampuan yang setara dengan Bush, Clinton, dan Reagan serta mantan presiden yang lain. Ini berarti asumsi awal kita dalam memahami Obama adalah bahwa ia pasti mengikuti jalan para pendahulunya. Jalan rumit menuju kursi presiden di Amerika senantiasa tidak mungkin jauh dari kemampuan calon menggalang dukungan kalangan Yahudi Amerika yang sangat powerful dalam urusan lobi-lobi politik.

Dalam sebuah pertemuan dengan kalangan AIPAC (sebuah organisasi Yahudi paling kuat dan paling berpengaruh di Amerika) Obama dengan lancar dan penuh keyakinan menyatakan bahwa ”Israel adalah sekutu kita yang paling kuat dan negara demokrasi paling mapan di Timur Tengah.” Dia menambahkan bahwa ”kita harus mempertahankan komitmen Amerika untuk memberikan bantuan militer sepenuhnya kepada Israel untuk menghadapi kekuatan yang menentang keberadaan Israel.” Sudah tentu pernyataan ini merupakan tiket sakti bagi Obama untuk mendapatkan dukungan politik dan ekonomi dari kalangan Yahudi. Dalam kenyataan Obama mendapatkan dua kali lebih banyak dukungan dana kampanye dari lobi Yahudi dibandingkan dengan John McCain yang kulit putih.

Dari pernyataan di atas dan sukses Obama memenangkan pemilihan presiden kita di Indonesia tentunya sadar sepenuhnya bahwa politik luar negeri Obama di masa depan tidak akan jauh berbeda dari pendahulunya. Secara lebih detail dapat dikatakan bahwa selain Obama berhutang pada kalangan Yahudi ia juga berhutang pada rakyat Amerika yang dijanjikan tambahan 3 juta lapangan kerja baru. Dengan kondisi ekonomi Amerika yang sedang tenggelam dalam resesi saat ini, posisi Obama sangat tidak mudah untuk tidak fokus pada ekonomi dalam negeri. Jika Clinton pada saat kampanye menjanjikan 8 juta lapangan kerja dan kemudian berhasil menciptakan 4 juta lapangan kerja.

Maka Obama yang hanya berani mematok 3 juta lapangan kerja maka kemungkinan besar ia hanya akan mencapai 1,5 juta lapangan kerja baru. Dengan adanya resesi yang hebat saat ini prediksi itupan masih terlalu tinggi karena di masa Clinton tak ada perusahaan-perusahaan raksasa yang melakukan lay off (PHK) besar-besaran seperti saat ini. Bahkan resesi Amerika saat ini berpengaruh pada perusahaan-perusahaan raksasa di berbagai negara seperti Jepang, Jerman, dan Inggris.

Prediksi ini jelas akan mempengaruhi hubungan Indonesia - Amerika. Indonesia tidak perlu berharap banyak untuk mendapatkan uluran ekonomi karena kondisi domestik Amerika sedang tidak kondusif. Adalah sebuah kekeliruan kebijakan jika Indonesia terlalu banyak berharap pada bangsa yang sedang dirundung malang. Yang tetap dapat diharapkan adalah bantuan beasiswa untuk mahasiswa dan sejumlah bantuan lain khususnya yang berhubungan dengan urusan pencegahan terorisme. Di luar itu semua lebih baik bangsa ini mencari di luar Amerika karena hanya akan menambah daftar kekecewaan.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Terekam CCTV, Napi Asimilasi Ini Curi Uang dan Rokok di Pasar Sleman

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir