Tak Akan Kirim Relawan

Muhammadiyah Desak PBB Tegas
RADAR JOGJA - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengumpulkan 33 DPW seluruh Indonesia untuk menyikapi kasus serangan Israel ke Palestina. Pertemuan yang berlangsung di Kantor PP Muhammadiyah tersebut menghasilkan keputusan di antaranya persyarikatan yang dilahirkan Ahmad Dahlan ini tidak akan mengirim relawan.
Muhammadiyah menilai, untuk melawan Israel dengan kekuatan fisik belum bisa dikatakan efektif sebagai bentuk penyelesaian. Pasalnya, negara-negara di Timur Tengah sudah kapok melawan kebrutalan Israel dengan persenjataan. Karena persenjataan Israel sangat kuat dan tak mudah dikalahkan hanya dengan perlawanan fisik, apalagi dengan tangan kosong.

Pernyataan sikap yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin itu kemarin disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah Dr Yunahar Ilyas dan Dr Haedar Nasir. Selain mengutuk Israel, dalam pernyataan sikap juga disebutkan bahwa Muhammadiyah mendukung sikap pemerintah RI yang juga mengutuk serangan Israel tersebut, tetapi juga mendorong pemerintah untuk memprakarsai resolusi sanksi atas Israel, khususnya melalui Dewan Keamanan PBB.

Yunahar menilai, cara paling efektif untuk melawan Israel adalah dengan pemutusan hubungan diplomatik oleh negara-negara Arab terhadap negara-negara yang memiliki kerjasama dengan Israel. "Negara-negara Arab memiliki kekuatan ekonomi yang strategis. Di balik kekuatan politik tersebut, ada kekuatan ekonomi yang bisa dimanfaatkan mereka (negara-negara Arab) untuk menekan negara-negara yang membantu Israel," tuturnya.

Dikatakan, kalau negara-negara Arab bisa melakukan aliansi politik strategis semacam itu, hal ini akan menjadi tekanan berat untuk PBB. Sebab, selama ini PBB dianggap kurang tegas dalam menangani permasalahan agresi Israel. "Persoalan paling krusial adalah PBB dan negara-negara yang memiliki hak veto tidak berbuat adil untuk menindak kebrutalan Israel," ungkapnya.

Seperti dicontohkan, invasi Irak atas Kuwait tidak bisa diberlakukan kepada Israel. Hal ini dinilai sebagai pangkal masalah yang menyulitkan penyelesaian agresi Israel. "Kalau PBB dan negara-negara yang memiliki hak veto bisa bertindak tegas, saya yakin persoalan di Timur Tengah dapat diselesaikan," lanjutnya.

Dikatakan, penekanan bantuan dengan bentuk nonfisik seperti bantuan pangan, kesehatan, dan sejenisnya harus lebih diutamakan dibanding ide pengiriman bantuan secara fisik. Tindakan perlawanan dengan menggunakan tangan kosong tidak perlu ditanggapi secara kongkrit. "Apalagi hanya dengan beladiri dan tangan kosong," ujarnya.

Muhammadiyah juga mendesak lembaga internasional seperti PBB, OKI, Liga Arab, serta organisasi Islam internasional untuk bersatu dan bersama-sama melawan Israel dengan prioritas utama menggunakan jalur politik. Dalam hal ini, Muhammadiyah menggunakan seluruh saluran yang ada, semisal duta besar untuk menyampaikan pemikiran itu kepada lembaga-lembaga internasional untuk mendesak Israel dan Palestina agar bisa berdamai.

Di luar konsep pemikiran tersebut, Muhammadiyah juga terus mencari pemecahan untuk membantu Palestina. Muhammadiyah bersama ormas-ormas Islam telah melakukan perundingan 30 Desember 2008 lalu. Hasilnya, mereka akan terus mengupayakan bantuan berupa dana dan pengiriman tim medis. Hingga saat ini satu relawan tim medis anggota Muhammadiyah telah diberangkatkan ke Palestina bersama Departemen Kesehatan. Selanjutnya, dalam waktu dekat, delapan ttim medis siap diberangkatkan. (nis)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Terekam CCTV, Napi Asimilasi Ini Curi Uang dan Rokok di Pasar Sleman

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir