Dunia Anak Jogja, Tempat Bermain dan Belajar

Kenalkan Robot, Sulap Science hingga Wayang Kancil
RADAR JOGJA - Mengenalkan dunia science atau budaya kepada anak ternyata tidak harus dengan cara serius. Berakhir pekan dengan jalan-jalan keluarga, tentu menyenangkan. Apalagi sambil belajar sains, psikologi, hingga budaya. Siang itu, Ramadhania, seorang siswa SD Bugisan, tampak asyik melihat demo robot beberapa mahasiswa Teknik Mesin UGM. Pandangannya terpaku pada sebuah robot kecil yang didesain untuk bisa merasakan sensor gerakan. Di depannya, beberapa mahasiswa menjelaskan mekanisme pembuatannya.

"Bahan-bahan untuk membuat robot ini tidak bisa didapat di Indonesia lho. Harus dibeli di Jepang," kata salah seorang mahasiswa. Stan tempat memamerkan robot-robot itu bernama pojok science. Di kanan kiri-nya, ada pojok-pojok yang lain.

Setelah puas melihat robot, Ramadhania yang datang dengan ibu dan temannya beralih ke pojok lainnya. Rombongan kecil ini berhenti di pojok berisi beberapa permainan kecil. Pojok itu diisi oleh para mahasiswa dari berbagai fakultas.

Di sana, mereka menyediakan berbagai permainan sederhana yang menggunakan prinsipi-prinsip fisika dasar. Tekanan, misalnya. Muhammad Yusuf, mahasiswa psikologi, menunjukkan sedikit "sulap" kepada dua anak SD yang mengunjungi stannya. Tangannya memegang sebuah botol penuh air yang di dalamnya dimasukkan potongan sedotan.

''Coba perintahkan sedotan ini untuk turun. Pasti dia turun, kalau diperintahkan naik, pasti naik," katanya. Kedua gadis cilik itu secara bergantian meneriakkan "turun" dan "naik". Ajaib, sedotan di dalam botol naik dan turun sesuai dengan perintah mereka.

Sebenarnya tidak ada yang ajaib. Ini hanya keajaiban tekanan yang dihasilkan oleh tangan yang memegang botol plastik bekas air mineral itu. Bila tekanan dari tangan dinaikkan, air di dalam botol akan bereaksi dan sedotan akan naik. Begitu juga sebaliknya.

''Kami berusaha mengenalkan sains kepada anak kecil dengan cara yang fun dan sederhana. Dengan begini, kecintaan mereka pada sains akan tumbuh," tutur Yusuf. Dia dan beberapa temannya membuat sebuah kelompok bernama Hiddenleaf Shinobe.

Setelah berkeliling di tempat acara, Benteng Vredeburg, ternyata ada lebih banyak lagi pojok-pojok yang menawarkan bermacam informasi. Salah satunya adalah pojok budaya. Balai Budaya Minomartani mengisi stan dengan wayang kancil dan beberapa video tentang pertunjukan wayang.

Salah seorang tokoh balai budaya ini, Alif, mengatakan, tidak sulit mengenalkan budaya kepada anak kecil. Program pengembangan seni budaya di Balai Budaya Minomartani terdiri dari seni karawitan, teater dan karawitan. Setiap Senin, Selasa, Rabu dan Sabtu, sekitar 30 anak rutin berlatih. "Tidak susah kok melatih mereka. Hanya perlu kesabaran," tegasnya.

Selama dua hari, Beteng Vredeburg menjadi venue acara Dunia Anak Jogja, sebuah konsep hiburan alternatif bagi anak-anak. Acara hasil kreasi Ciprat Production, sebuah even organizer yang seluruh pendirinya masih mahasiswa ini berlangsung selama dua hari. "Minggu besok (hari ini, Red), ada talkshow tentang media watch. Jadi, orang tua tahu tontonan apa saja yang sebaiklnya diberikan kepada anak-anaknya," terang Hutami Suryaningtyas, ketua panitia Dunia Anak Jogja.

Promosi dilakukan dengan mengerahkan para cosplayer (costume player). Dengan berbagai kostum tokoh anime, mereka berkeliling di Malioboro. "Dengan kostum yang warna-warni begitu, semoga lebih banyak yang tertarik ikut," tuturnya. Harga tiket masuk ke Dunia Anak Jogja Rp 2 ribu. ***

LUTFI RAKHMAWATI, Jogja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor