Gama Food Court setelah Sebulan Relokasi PKL UGM

Hotspot, Menu Variasi, Omzet Pedagang Meningkat
Relokasi pedagang kaki lima (PKL) Bulevar ke dalam satu tampat makan terpadu Gama Food Court Plaza Kampus, sudah berjalan hampir sebulan. Sejauh ini kekhawatiran PKL tentang turunnya omzet tidak terjadi. Sebaliknya, mereka mengakui adanya peningkatan omzet yang cukup tinggi.
Food court buka mulai pukul 08.00. Menurut pengakuan beberapa penjual, tak kurang dari seribu pengunjung mendatangi food court itu setiap harinya. Para pengunjung datang tidak hanya saat makan siang saja.

Siang kemarin, food court terlihat ramai. Sebagian besar pengunjung adalah mereka yang datang untuk makan siang atau membeli minuman segar. Sinar matahari yang terik, membuat beberapa pengunjung berlama-lama berada di sana. ''Nanti saja perginya. Menunggu agak teduh," ujar salah seorang pengunjung.

Penataan bangku dan lesehan tempat pengunjung duduk cukup lega. Para pengunjung bisa leluasa ngobrol sambil menikmati kudapan. Kenyamanan pengunjung membuat para PKL bisa bernapas lega. Tempat baru ini ternyata disenangi. Dengan begitu, kekhawatiran mereka tentang turunnya omzet tidak terbukti.

Sebelumnya, mereka menggelar berbagai demo menolak relokasi. Alasannya, tempat baru tidak strategis. Beberapa demo bahkan sempat memunculkan suasana tegang antara PKL dan satuan keamanan kampus UGM.

Setelah pindah ke tempat baru, mereka mengaku pendapatannya meningkat. Salah saeorang PKL, Lina Situmorang, mengatakan saat ini dia bisa menghasilkan Rp 400 ribu per hari. Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan pendapatan awalnya yang hanya Rp 200 ribu.

Dulu, Lina termasuk salah satu PKL yang paling kekeuh menolak relokasi. "Soalnya dulu kami khawatir pendapatan turun di tempat baru. Tapi syukurlah, di sini malah lebih ramai. Dari pagi sudah ramai, tidak hanya saat makan siang," tutur penjual minuman dan rokok ini.

Lina mengakui faktor kebersihan dan penataan sebagai salah satu faktor pendukung. "Tempatnya bersih. Jadi para pengunjung betah," tambahnya. Selain itu, fasilitas hotspot yang disediakan juga menjadi nilai tambah.

"Sekalian browsing sambil makan siang. Senang juga di sini disediakan fasilitas hotspot. Jadi di sini tidak hanya makan," tutur Maya, salah seorang mahasiswa yang siang itu datang beramai-ramai dengan lima temannya.

Mahasisiswi Fakultas Geografi UGM semester 6 ini menilai strategi PKL menyediakan menu makanan yang variatif adalah perkembangan yang bagus. "Dulu kalau ke tenda PKL di UGM, adanya hanya batagor, sop buah, atau bakwan kawi. Tapi sekarang ada capcay dan soto sulung juga," tambahnya.

Maya dan lima temannya memilih menu makan siang yang berbeda. "Pilihannya kan banyak, jadi tidak harus sama. Kalau menunya beda, bisa saling mencicipi," ujar Lintang, rekan Maya.

Menu yang disediakan di food court ini memang jauh lebih beragam. Tidak hanya batagor dan sop buah, tapi juga tahu gimbal, soto sulung, kwetiauw, hingga bebek goreng. Penjual bebek goreng yang cukup laris, Saijo, mengatakan mengubah menu jualan adalah caranya mempertahankan keuntungan.

Pria setengah baya ini dulunya berjualan sop buah dan batagor di depan GSP. Setelah dipindah di tempat baru ini, dia menyadari beberapa rekannya juga menjual dagangan yang sama. Dia lantas memutar otak dan memutuskan berganti jualan.

''Ternyata berjualan bebek goreng juga memberikan keuntungan lumayan. Mungkin kalau saya tetap jualan batagor, hasilnya tidak akan sebaik ini," katanya, yang siang itu dibantu seorang putrinya. Saijo menuturkan, sehari dia bisa menghasilkan Rp 500 ribu. "Itu kalau ramai. Kalau sepi, ya hanya Rp 200 ribu," ungkapnya.

Satu porsi bebek gorengnya dijual seharga Rp 7.500. Saijo tidak berani mematok harga tinggi untuk makanan yang dijualnya. "Ini kan tempat mahasiswa. Saya nggak bisa jual dengan harga yang terlalu tinggi," ujarnya. Meski untungnya tidak banyak, Saijo mengaku masih bisa menabung. ***

LUTFI RAKHMAWATI, Jogja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor