Di Balik Peringatan SO 1 Maret 1949

Setelah 60 Tahun, Temukan Makam Dua Sahabatnya
RADAR JOGJA - Peringatan Serangan Oemoem (SO) 1 Maret kali ini menjadi tahun istimewa bagi Susetro, 80. Kakek yang tinggal di Jalan Gagak Bandung itu menemukan kembali makam kawan seperjuangannya, setelah 60 tahun dia mencarinya.

Siang kemarin, laki-laki renta itu berjalan hilir mudik sendirian di dalam Kompleks TMP Kusumanegara. Sesekali dia menyeka keringat di wajahnya dengan ujung baju batik yang dikenakan. Namun, semangat masih terlihat dari gurat-gurat di wajahnya. Apalagi ketika melihat ratusan peziarah, di antaranya anak-anak muda, menabur bunga dan menghormat pada para pahlawan yang disemayamkan abadi di kompleks itu.

Di sela-sela pengurus PWNU DIJ serta ratusan anggota Banser dan Ansor upacara dan ziarah di lokasi itu, ia mulai menelusuri deretan makam dan nisan. Satu persatu ribuan nisan dicermatinya. Berbekal bantuan petugas yang membawa catatan para pahlawan yang dimakamkan di lokasi itu, Susetro akhirnya menemukan dua makam kawan seperjuangannya yang gugur saat menghadang tentara Belanda tahun 1949.

''Dulu dimakamkan di sana itu. Saya ikut memakamkan, waktu itu di dekat makam Pangsar Soedirman," katanya. Tapi, sekarang, makam dua sahabatnya itu, yakni Subardjo dan Kuntjoro sudah dipindah ke sisi barat. Sejenak, Susetro yang pindah ke Bandung tahun 1953 ini memandangi dua makam karibnya itu, seolah mengenang masa lalu.

Subardjo, kata dia, tewas saat penghadangan tentara Belanda di Jogja utara. Sedangkan Kuntjoro gugur saat pertempuran di daerah Samirono. Mereka ini tergabung dalam satu kompi batalyon tentara pelajar yang bermarkas di sekitar Keraton Jogja.

Batalyon yang dipimpin Mayor Sarjono, kala itu entah berapa kali melakukan kontak senjata dan penghadangan terhadap tentara Belanda. Termasuk mencegat konvoi. Nah, saat penghadangan di Pakem, Sardjono tertembak dan tewas bersama sejumlah tentara yang lain. Demikian juga dengan Kuntjoro.

Kini, setelah 60 peristiwa itu berlalu, Susetro bisa menemukan kembali makam kawan-kawannya. Jarak Bandung dengan Jogja memaksanya baru tahun ini bisa melakukan "pencarian" ini. Jika Tuhan masih memberinya umur panjang, dia berjanji akan sering-sering mengunjungi makam kawan-kawannya itu untuk berdoa dan merawatnya. ***

MIFTAHUDIN, Jogja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor