Tambah Bidang Hubungan Bilateral

RI-Libya Tandatangani MoU
SLEMAN- Pemerintah Indonesia dan Libya kembali menandatangani MoU dalam rangka mengingkatkan hubungan bilateral dua negara. Penandatanganan dilakukan usai sidang komisi bersama (SKB) yang dilangsungkan pada 23-24 Maret 2009 di Ball Room Hotel Hyaat, Sleman, Jogjakarta.

Pihak Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. Sedangkan delegasi Libya diwakili Menteri Sosial Ibrahim A.M Al Sharif. Sebagai tindak lanjut MoU, Menteri Perdagangan Indonesia (Marie Elka Pengestu) diagendakan berkunjung ke Libya pada tanggal 3-5 april mewakili Indonesia. Diharapkan, dari pertemuan itu akan dilanjutkan pada penandatanganan kerja sama proyek perdagangan dan investasinya. Ditemui usai menandatangani SKB, Hassan Wirajuda mengatakan bidang baru dalam kerjasama tersebut, diantaranya dalam hal sosial. Menurut Hassan, pemerintah Libya tertarik terhadap program rehabilitasi orang-orang cacat di Indonesia. Salah satunya di Rumah Sakit Orthopedi, Solo, Jawa Tengah. "Pemerintah Libya memandang Indonesia berpengalaman menangani orang cacat," ujarnya, kemarin (24/3).

Menlu mengatakan ketertarikan pemerintah Libya, terhadap program rehabilitasi orang cacat disebabkan tingginya kasus kecelakaan lalu lintas di negara yang dipimpin oleh Kolonel Mohammar Khadafi itu. Untuk itu, lanjut Hassan, pemerintah akan mendorong lembaga medis tersebut untuk mengirimkan ahli dan peralatannya ke Libya. Selain ahli rehabilitasi, kata menlu, Libya juga butuh banyak perawat dan petugas paramedis.

Selain itu, beberapa kerjasama yang telah terjalin, ditingkatkan melalui MoU baru. Ada tiga MoU yang ditandatangani, yakni kerjasama bidang konsultasi politik, kesejahteraan rakyat dan pembentukan Komisi Bilateral. Termasuk di dalamnya adalah kerjasama bidang ekonomi, perdagangan, pendidikan, budaya dan kepemudaan.

Untuk bidang ekonomi yang paling disorot adalah eksplorasi minyak dan gas serta pembangunan insfratruktur dan konstruksi di Libya. Dimana kontrak yang telah diteken oleh perusahaan-perusahaan Indonesia di Libya telah mencapai US$ 1,2 milyar. "Ini kesempatan bagi Pertamina dan Madco untuk mengembangkan usahanya," katanya.

Sedangkan dalam bidang perdagangan nilai investasi perusahaan Indonesia di Libya mencapai US$ 400 juta.Nilai tersebut, menurut Hassan masih jauh dari potensi yang bisa dikembangkan oleh dua negara. Dalam bidang pembangunan konstruksi, Pemerintah Indonesia telah mengirimkan tenaga ahli sebanyak 400 orang.

Disinggung soal lokasi penandatangan yang tidak dilakukan di Jakarta, Hassan Wirajuda mengatakan hal itu disengaja. Untuk mengenalkan tamu-tamu asing agar mengenal Indonesia tidak hanya dari sisi Jakarta. "Ini juga bagian meningkatkan hubungan ekonomi. Bukan tidak mungkin produk dari Jogja nanti akan diekspor ke Libya," ujarnya. Menteri Sosial Libya Ibrahim A.M Al Sharif kepada wartawan mengatakan negaranya membuka peluang investasi selebar-lebarnya bagi Indonesia. Selain juga akan membukakan jalur kerjasama bagi Indonesia dengan negara-negara lain di Afrika. "Kami yakin kerjasama antar dua negara ini tetap terus maju. Dan tidak ada halangan yang berarti," ujarnya melalui seorang penerjemah. Pada kesempatan itu, Ibrahim juga menyampaikan ketertarikannya membeli pesawat terbang produksi PT Dirgantara Indonesia, di Bandung.

Ibrahim berharap, hubungan bilateral Indonesia-Libya akan membawa dampak positif bagi negara-negara di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang selama ini telah menjadi partnership negara beribukota di Tripoli ini.

Seperti yang telah terjalin selama ini, sebagai sesama anggota Organisasi Konfrensi Negara-negara Islam (OKI), Indonesia dan Libya terlibat penyelesaian konflik di Filipina Selatan pada tahun 1996. Antara Pemerintah Filipina dan Pejuang Moro.(yog)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor