Kali Pertama, Dikemas dalam Acara Budaya

Nawu Sendang Seliran Hindari Mistis dan Syirik
JOGJA - Ratusan warga Kotagede tak sabar menanti dilepaskannya dua buah gunungan berisi bermacam makanan khas Kotagede dan sayur-sayuran, saat prosesi budaya nawu Sendang Seliran di kompleks Masjid Besar Mataram Kotagede, siang kemarin (26/4). Begitu ada tanda isi gunungan boleh diambil, ratusan warga itu langsung ngrayah (berebut).

Prosesi budaya membersihkan dua sendang yang berada di situs peninggalan Kerajaan Mataram Islam itu baru kali pertama digelar masyarakat Jagalan, Banguntapan, Bantul (Kotagede Kawasan). Tak heran, perhatian dan antusiasme masyarakat sangat besar. Itu terlihat sejak dua gunungan tersebut dikirab dalam pawai budaya yang dimulai dari Balai Desa Jagalan.

Kirab budaya yang diberangkatkan pukul 09.00 kemarin terdiri pasukan drumband SD Muhammadiyah Bodon, bregodo prajurit Abilawa (perangkat dan warga Desa Jagalan), dua abdi dalem parentah keraton Surakarta dan Jogja, serta prajurit Giri Tamtama Imogiri.

Sesampainya di halaman Masjid Mataram, dua buah gunungan tersebut ditanggalkan tepat di depan serambi masjid berdampingan siwur (gayung air) dan jambangan (tempat air) yang dijadikan simbol untuk mengambil air sebelum dibersihkan. ''Ini (prosesi budaya) baru pertama kali kami adakan. Inti dari acara budaya ini adalah membersihkan air sendang yang selama setahun dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai keperluan,'' papar Kepala Desa Jagalan Saleh Udden saat memimpin upacara.

Dijelaskan, upacara budaya ini tak lain dalam rangka membuka potensi pariwisata dan kuliner di kawasan heritage Kotagede. Saleh menegaskan tak ada sama sekali unsur mistis, bahkan syirik dari perhelatan budaya ini.

''Kita diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan. Air Sendang Seliran pun demikian, hanya dijaga kebersihan karena memang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kami ingatkan air yang dibersihkan itu adalah kotor, sangat tidak layak untuk diminum dan sebagainya,'' ujar pemegang gelar nama keraton Mas Panewu Joyo Permana itu.

Saleh berharap prosesi budaya ini menjadi kebanggaan masyarakat Kotagede yang nantinya makin menjadi daya tarik wisatawan ke Kotagede. Selama ini, katanya, Kotagede dengan peninggalan warisan budaya kerajaan Mataram dan banguna-bangunan Jawa kunonya, sudah dikenal wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.

''Ini hanya penanda ikon wisata. Sekaligus kami kembali mengenalkan potensi kuliner yang dimiliki Kotagede, seperti kipo, yangko, roti kembangwaru, ukel, mata kebo, dan sebagainya. Makanan khas itu kami tampilkan dalam gunungan itu,'' urainya.

Diakui, kegiatan membersihkan (nawu) dua sendang Seliran itu sudah dilakukan masyarakat setiap tahun. Hanya saja, prosesi itu tidak dikemas dalam bentuk acara budaya. ''Jadi ini sama sekali tidak mendekatkan hal-hal mistis maupun syirik yang dikhawatirkan banyak pihak. Kami tahu Kotagede sangat erat dengan hal-hal bersifat relijius melalui Muhammadiyah,'' ucap Ketua Panitia Gelar Wisata Budaya dan Kuliner Kotagede tersebut.

Pesta budaya tak berhenti pada prosesi nawu jagang (kolam air sebelum masuk Masjid Mataram) dan dua sendang Seliran. Tadi malam, pentas uyon-uyon karawitan dan tari dihelat di bangsal Masjid Mataram. Sedang salawatan berlangsung di serambi masjid diikuti diskusi tentang makna syair dalam salawatan itu. (ayu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor