Produksi Sampah Warga Yogya Membahayakan

YOGYA (KR)- Produksi sampah warga Kota Yogyakarta sudah dalam kondisi membahayakan. Berpotensi mengganggu dan kesehatan lingkungan hidup, sehingga diperlukan langkah preventif untuk menguranginya. Penegasan itu dikemukakan Takumi Ishio MA, junior expert lingkungan hidup asal Jepang yang dikirim ke Indonesia melalui Program JICA. Menurutnya, langkah preventif itu perlu dilakukan dengan mendidik anak tentang pentingnya lingkungan hidup yang bersih dan sehat sejak usia dini. "Di Jepang, anak-anak sudah diajar dan dididik bagaimana cara memperlakukan sampah secara benar sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak," katanya.

Berdasar catatan Kantor Unit Pengelola Tempat Pembuangan Akhir Sampah (KUP TPAS) Piyungan Bantul, produksi sampah warga Kota Yogyakarta setiap bulannya tidak kurang dari 10.000 m3. Takumi Ishio, yang mengambil gelar master bidang lingkungan hidup di Universitas Sophia Tokyo itu sejak awal tahun ini diperbantukan sebagai tenaga ahli muda di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot Yogyakarta. Ia akan berada di Yogyakarta selama 2 tahun hingga akhir 2010. Hari-harinya diisi dengan melakukan pendampingan pengelolaan sampah di BLH, termasuk melakukan pencermatan di TPAS Piyungan. Kepada KR yang mewawancarainya di Kantor Unit Pengelola TPAS Piyungan, Selasa (14/4), Takumi Ishio mengatakan di negaranya sampah organik dibakar habis.

Sedang sampah plastik didaur ulang oleh 'pabrik bersih'. Sedang yang disaksikannya di Indonesia, Yogyakarta khususnya, sampah ditimbun di TPAS sehingga dapat mencemari lingkungan hidup. "Dibakar dan didaur ulang merupakan the best way mengatasi masalah sampah," katanya. Dalam upaya mengurangi produk sampah berikut mengantisipasi dampak buruk yang ditimbulkannya, Takumi Ishio merekomendasikan kepada Pemkot Yogyakarta untuk mengajak para siswa SD dan SMP mengunjungi TPAS.

"Seseorang tidak akan peduli terhadap kondisi lingkungannya terkecuali mereka pernah menghadapi dan menyaksikan permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah," tuturnya. Ia mengatakan, sangat penting bagi anak-anak pada usia dini melihat kenyataan bahwa kondisi TPAS di Piyungan sangat kotor, berbahaya, dan penuh dengan tumpukan sampah. Kenyataan ini akan sangat membantu anak-anak untuk memahami mengapa orang tidak mau tinggal di dekat TPAS. Takumi merekomendasikan pula, setelah melakukan kunjungan di TPAS, BLH perlu mengajak anak-anak diskusi yang mengarah pada kesimpulan bahwa mulai sekarang juga kita harus mencoba mengurangi produksi sampah. (No)-f

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor