Annisa Gita S; Pelajari Konflik dan Perdamaian Sekaligus Keliling EropaGratis

Satu-satunya Wakil Indonesia untuk Program NOHA
Bisa meraih gelar S2 sekaligus jalan-jalan ke Eropa gratis, boleh jadi masih sekadar impian bagi kebanyakan masyarakat, khususnya di Jogja. Kalaupun ada yang bisa meraihnya, itu pun jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Annisa Gita Srikandini.

"Awalnya saya lihat ada pengumuman beasiswa dari Uni Eropa bernama Erasmus Mundus di HI UGM. Ya, kemudian saya coba-coba saja apply," kata Nisa saat ditemui di Lembaga Indonesia-Prancis (LIP) kemarin.

Saat itu dia mengirimkan lewat email berupa CV, motivation letter yang berbentuk essai, tiga surat rekomendasi, ijazah dan transkip nilai. Ketika itu ada tiga orang yang berperan besar dalam memberikan surat rekomendasi untuk Komisi Eropa. Yaitu pihak rektor UGM, dosennya di HI dan dari Non Government Organization (NGO) Amerika Serikat.

''Kebetulan saat jadi mahasiswa, saya ikut komunitas perdamaian yang sering mengadakan kerja sama dengan American Friends Service Committee (AFSC), NGO dari Amerika Serikat itu," ungkapnya.

Tidak disangka, apply-nya diterima oleh Komisi Eropa. Padahal boleh dibilang ada ribuan pelamar dari seluruh dunia yang menginginkan beasiswa ini. Dan, Nisa cukup beruntung karena dia termasuk satu dari lima orang UGM yang diterima. Tapi untuk program yang diambilnya, Nisa adalah satu-satunya wakil dari Indonesia.

''Dari sekitar 103 program pascasarjana yang disediakan, kebetulan saya ambil program NOHA (Network on Humanitarian Action)," ujar Nisa. Menurutnya, motivasi utama mengambil program ini adalah karena mempunyai komitmen untuk mengembangkan humanitarian studies di UGM. Bahkan, cakupan humanitarian studies sangat multidisiplin. Yakni belajar bagaimana efek konflik, disaster pada manusia juga aspek psikologi, antropologi dan kesehatan.

''Saya memang concern di humanitarian action, yang memang sangat dekat dengan minat saya," terangnya. Lebih jauh dikatakan, ketertarikan itu muncul saat dia kuliah di HI UGM. ''Di situ saya belajar mengenai konflik antarmanusia dan politik internasional. Ya, langsung senang saja. Karena dari itu saya bisa mempelajari dan meneliti tentang berbagai macam konflik dan apa saja yang terjadi di hubungan internasional," terang perempuan yang lulus HI UGM tahun 2007 ini.

Tidak heran karena minatnya itu pula yang membuatnya hingga kini masih bekerja sebagai asisten peneliti di HI UGM. Ditanya perasaannya setelah diterima, ia mengaku senang banget. ''Tapi saya juga tetap harus mempersiapkan kemampuan akademik saya," ungkap wanita ber IPK 3,88 ini.

Menurutnya, ia mendapat beasiswa itu untuk lebih banyak belajar daripada jalan-jalan. ''Ya, kalau bisa jalan-jalan keliling Eropa, sifatnya hanya bonus saja," sambung wanita kelahiran Jogja, 10 November 1985 ini lantas tertawa.

Ia berangkat ke Eropa 24 Juli 2009 dengan tujuan Belanda. Di sana dia berencana tinggal selama satu bulan dan dilanjutkan ke Prancis 10 hari. Di Prancis ini dia akan mengikuti pengenalan program NOHA. Setelah itu, untuk mengambil program masternya dia akan balik lagi ke Belanda selama enam bulan. Lalu, ke Swedia 6 bulan untuk belajar peace studies (perdamaian) dan menyelesaikan tesisnya di Belanda selama 6 bulan.

''Jadi total program ada 16 bulan dan diperkirakan Desember 2010 sudah pulang lagi ke Indonesia," kata wanita ber-TOEFL 550 ini. Dan untuk program ini, Nisa berhak memperoleh beasiswa sebanyak 35.600 Euro dari Uni Eropa. Dana sebanyak itu, benar-benar dikelolanya seorang diri selama kuliah di luar negeri.

Beasiswa Erasmus Mundus merupakan bantuan hibah yang ditujukan bagi mahasiswa lulusan S1 yang berasal dari negara-negara di luar Uni Eropa untuk mengikuti program pascasarjana Erasmus Mundus (Erasmus Mundus Masters Courses) di Eropa. Beasiswa ini juga diperuntukkan bagi para akademisi guna melaksanakan tugas mengajar, penelitian dan kegiatan ilmiah.

Program Erasmus Mundus dibiayai oleh Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa yang kini beranggotakan 27 negara. Yaitu Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Estonia, Yunani, Spanyol, Prancis, Irlandia, Italia, Siprus, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Hungaria, Malta, Belanda, Austria, Polandia, Portugal, Rumania, Slovenia, Slowakia, Finlandia, Swedia dan Kerajaan Inggris Raya.

Secara keseluruhan, antara 2004-2008 sekitar 161 mahasiswa dan 8 akademisi asal Indonesia telah ikut program ini. Bahkan sudah ada sekitar 6.000 mahasiswa dan 1.000 tenaga pengajar/peneliti dari berbagai belahan dunia yang telah menerima beasiswa ini. ***

VENNY MAYA D, Jogja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor