Belajar Langsung Ke Pesantren

Ubah Paradigma Salah Tentang Islam
RADAR JOGJA - SLEMAN- Banyak warga asing yang tertarik pada kehidupan masyarakat pondok pesantren di Indonesia. Selain mengkaji sisi psikologi, juga kultur budaya pesantren itu sendiri. Bahkan tak jarang, warga luar Indonesia itu menginap di pesantren untuk menyaksikan secara langsung aktivitas para santri dan santriwati. Lebih dari itu, mereka juga tertarik mempelajari Islam langsung pada ahlinya. Seperti yang terlihat di Pondok Pesantren Falakhiyah, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, pada Sabtu (6/6) lalu.

Belasan bule asing bersama sejumlah mahasiswa Jogja berkunjung ke ponpes tersebut. Mereka berasal dari Australia, Perancis, Lebanon, dan Bangladesh. "Saya ingin mempelajari ajaran Islam secara langsung dari orang-orang pesantren. Bukan hanya dari tokoh-tokoh di negara kami," ujar Linda, yang asal Australia itu di sela-sela forum diskusi bersama santri dan santriwati ponpes Al- Falakhiyah.

Meski tampak tak terbiasa, para bule berusaha menyesuaikan diri dengan tradisi diskusi ala pesantren pada umumnya. Yakni duduk membentuk satu lingkaran sambil bersila.

Menurut Linda, kunjungan ke Ponpes Al Falakhiyah merupakan rangkaian agenda rombongan ke UGM dalam sebuah acara seminar tentang kepemimpinan pemuda. "Kunjungan ini sekaligus untuk mengenal peran pesantren dalam dunia pendidikan, sosial dan keagamaan, serta politik," ujarnya. Tak hanya berdiskusi, para mahasiswa asing itu juga merekam aktivitas santriwan-santriwati dan mengabadikan suasana lingkungan pondok dengan kamera yang mereka bawa.

Kunjungan para mahasiswa asing itu tentu saja disambut positif oleh para pengelola pondok. Termasuk wantriwan dan santriwati. Menurut salah seorang pengurus pondok, Mustafied, kunjungan itu sekaligus menjadi momen bagi orang muslim di Indonesia untuk mengenalkan secara langsung agama dan ajaran Islam kepada dunia barat.

Konsep diskusi digelar secara aktif. Kepada para tamunya, Mustafied menjelaskan konsep Islam secara transformatif. Artinya, bahwa agama Islam mengajarkan soal larangan bertindak tidak adil dan sewenang-wenang. "Namun tentu saja dengan jalan yang benar. Islam tidak mengajarkan perilaku yang ekstrim dalam menghadapi ketidakadilan dan kesewenangan," katanya. Hal paling mendasar, imbuh Mustafied, adalah konsep pemahaman Islam itu sendiri. Segala upaya harus dijalankan agar pandangan miring dunia barat terhadap ajaran Islam bisa dihapuskan. Salah satunya dalam forum dialog dan diskusi. Menurutnya, jika hal itu dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin dunia barat akan selalu memahami Islam dari sisi yang keliru. Alhasil, akan muncul paradigma yang salah tentang Islam. "Kegiatan ini sekaligus untuk meningkatkan capacity building antara Indonesia dan negara asal para mahasiswa ini. Karena, mereka adalah para calon pemimpin di negara asal masing-masing," kata Mustafied. (yog)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor