FESTIVAL DOLANAN ANAK KOTA YOGYAKARTA ; ’Jamuran’ Tak Kalah dengan ’PS’

WAJAH mungil Adisya (10), siswa kelas 4 SD Muhammadiyah Sukonandi, nampak lain dari biasanya. Raut muka mungil berbalut bedak dan lipstick warna merah jambu. Kebaya hijau melekat di badannya lengkap dengan jilbab tradisional yang terpasang di kepalanya. Dengan bersemangat ia dan rekan-rekannya menari melenggak-lenggok mengikuti alunan musik tradisional tembang dolanan anak-anak. Gerak-gerik mata lugu dan lincah membuat siapa saja yang hadir tersenyum gemas.

Adisya hanyalah salah satu dari sekitar 300-an bocah yang mengikuti Festival Dolanan Anak di Pendapa Tamansiswa, Kamis pagi (25/6). Ketua Panitia, Drs Suparno menuturkan, latar belakang diadakannya acara ini untuk memupuk semangat kebersamaan dan Nasionalisme sejak dini.
”Sungguh ironis apabila dolanan anak yang beraneka ragam ini punah dan keberadaannya diganti dengan game modern, play station atau PS dan sebagainya. Karena itu dolanan anak ini merupakan budaya dan tradisi yang harus dilestarikan,” ujarnya.
Peserta festival adalah para siswa SD di 14 Kecamatan. Didampingi guru pembimbing mereka beraksi menampilkan tiga lagi dolanan anak di antaranya Soyang, Jamuran, Cublak-Cublak Suweng, Ancak-Ancak Alis, Lepetan, Dingklik Oglak-Aglik, Jaranan, Doktri Legindri, Gajah-Gajah, Menthok-Menthok, Gundul-Gundul Pacul dan masih banyak lagi. Setiap peserta yang terdiri dari 10 hingga 20 orang wajib tampil maksimal berdurasi 9 menit.
Iring-iringan gamelan slendro dan pelog membahana seketika, secara bergantian siswa menampilkan aksi terbaik mereka.
”Siswa tidak diperkenankan membawa alat musik electone harus dengan gamelan karena ini benar-benar dikondisikan supaya mereka memahami benar alat musik tradisional, tak kenal maka tak sayang,” jelasnya. Kriteria penilaian di antaranya keluwesan, kekompakan serta penghayatan.
Menurut Pembina SD Muhamadiyah Sukonandi, K Sri Astutingsih (25), diperlukan waktu satu bulan untuk mendidik anak-anak tersebut. ”Yah.. yang penting kesabaran, namanya juga anak-anak kadang susah diatur, tapi mereka cukup antusias,” terangnya.
Vino (10), salah seorang peserta mengaku senang dapat tampil bersama dengan rekan-rekannya. ”Sebelumnya saya tak tahu apa itu jamuran tapi sekarang saya jadi tahu, ternyata tak kalah asiknya dengan main play station,” ujar penggemar permainan modern ini.
Lain lagi pendapat Saptaningytas (34) warga Kotagede yang merasa kembali hidup di zamannya dulu ketika melihat anak-anak tampil membawakan beberapa lagu dolanan anak.
Festival dolanan anak ini merupakan serangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) Tamansiswa ke-87. Selain Festival dolanan anak ada pula beberapa kegiatan di antaranya ziarah ke Taman Makam Pahlawan, Kunjungan ke Museum serta Workshop dan Seminar yang bertemakan Sejarah dan Nilai-Nilai Kepahlawanan oleh Peneliti Pelestarian Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Propinsi DIY, Hisbaro Muryantoro dan Direktur Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Republik Indonesia Departemen Sosial, Muchsis Malik. (Rahajeng Kartika AP)-n

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor