Lima Pasang Dimas-Diajeng Wakili Sleman

RADAR JOGJA - SLEMAN - Grand Final Dimas-Diajeng Sleman tahun 2009 digelar di aula Monumen Jogja Kembali (Monjali), kemarin (11/8). Dari sepuluh pasang dimas-diajeng yang masuk grand final disaring menjadi lima pasang. Kelima pasang dimas diajeng itu akan mewakili Kabupaten Sleman dalam ajang pemilihan dimas-diajeng tingkat Provinsi DIJ. Untuk tingkat DIJ, ajang ini masih dalam tahap pendaftaran. Lolos sebagai wakil Sleman, lima pasang dimas-diajeng, masing-masing mendapatkan reward berupa tropi, piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar Rp 250 ribu.

Salah seorang peserta diajeng Sleman Mery Christian Putri mengaku tidak ada persiapan khusus menyongsong ajang pemilihan dimas diajeng tingkat provinsi.

"Saya hanya butuh lebih mendalami bahasa Jawa Kromo," tutur mahasiswi Fakultas Hukum UNS Surakarta itu sambil tersenyum. Ya, bahasa Jawa memang menjadi salah satu syarat wajib yang harus dikuasai oleh peserta, selain salah satu bahasa asing. Mery memiliki segudang prestasi, seperti juara lomba busana daerah se-Jawa Tengah, juara I Wajah Model Indonesia 2005, dan Finalis Majalah Model Remaja Tabloit GAUL 2004. wajahnya juga pernah nampang menjadi cover koran mingguan. Prestasi itu pun mampu membawa Mery sebagai wakil Sleman dengan peringkat nomor wahid. Namun begitu, wacana budaya di wilayah Provinsi DIJ masih menjadi satu hal yang menjadi perhatiannya. "Terutama kebudayaan di Gunung Kidul dan Kulonprogo. Banyak sekali keanekaragaman budayanya namun belum terkespos. Itu yang menjadi fokus saya sekarang," tutur warga Tambakbayan, Caturtunggal, Depok itu. Sarana internet menjadi andalannya untuk mendapatkan bahan-bahan soal kegudayaan daerah di wilayah DIJ. Soal motivasi mengikuti ajang dimas diajeng Sleman, Mery mengaku terus terang untuk asah otak. Menurut Juara I Puteri Batik 2005 itu, beberapa prestasi yang diraihnya selama ini kurang memanfaatkan fungsi otak. "Bisa dibilang hanya jual tampanglah," ujarnya singkat.

Tedy Setyana, salah seorang dari lima peserta laki-laki yang lolos untuk menjadi wakil Sleman menuturkan, melalui ajang Dimas Diajeng Sleman 2009 mampu mengubah imej generasi muda yang identik dengan aksi hura-hura demi kesenangan semata. "Padahal, masih banyak masalah budaya yang belum tergarap. Melalui ajang inilah kita bisa peduli dengan budaya yang lambat laun ditinggalkan orang," ujarnya. Ditunjuk sebagai juri dalam ajang tersebut Kuswo Indah, pengamat budaya Jawa yang juga dosen UNY, Ketua Forum Insan Pariwisata Sarbini, dan pakar kecantikan provinsi DIJ Sri Pardiyati Suprapto

Hadir dalam ajang yang digelar selama kurang lebih dua jam itu KRAy Anglingkusuma selaku tamu kehormatan. Ketua DPD Perhimpunan Ahli Tata Kecantikan dan Pengusaha Salon 'Tiara Kusuma' DIJ mengatakan istilah dimas diajeng digunakan untuk menunjukkan kekhasan Jawa. "Yang dinilai dari tiap peserta adalah kepribadian, performa, pengetahuan atau pendidikan, etika. Prestasi para peserta juga diperhitungkan. Tentu tidak sembarang orang bisa masuk kriteria," katanya di ruang tunggu aula Monjali sebelum grand final dimulai. Melalui kegiatan ini, kata Anglingkusuma, diharapkan mampu meningkatkan potensi wisata sekaligus promosi pariwisata di Kabupaten Sleman.(yog/m7)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor