Siraman Rohani di Tengah Hasrat Materi

Di tengah riuhnya kawasan Malioboro sebagai sentrum ekonomi Kota Jogja, ternyata di Bulan Ramadan ini masih tersisa kegiatan yang tak bersifat profi t melulu. Kamis (10/9), siang kemarin, Masjid DPRD Provinsi DIY menyelenggarakan Lomba Seni Baca Alquran Antar Komunitas Masjid di Kawasan Malioboro.

Lomba itu diadakan oleh paguyuban Malioboro yang terdiri dari 8 komunitas, mulai dari komunitas pedagang kaki lima, Lesehan Malioboro, komunitas penarik andong, dan komunitas tukang becak.

Ketua penyelenggara lomba Wathohir Qolbi mengatakan kegiatan itu sudah memasuki tahun kedua. “Ramadan tahun lalu yang pertamakali,” kata dia.

Wathohir mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk memberi siraman rohani bagi para anggota komunitas yang sehari-hari hanya berkutat di persoalan mengejar materi. “Kegiatan sehari-hari anggota komunitas yang melulu mencari materi tentunya perlu penyeimbang,” kata dia.

Selain itu, acara ini juga bertujuan mempererat silaturahmi antar komunitas Malioboro.

Itulah kenapa, lomba juga diselenggarakan khusus untuk peserta yang masih belum begitu lancar membaca Alquran. “Kita tidak menyelenggarakan lomba untuk kalangan yang sudah high (khatam),” katanya.

Meski hanya lomba kecil-kecilan yang diikuti 30 peserta, ternyata gaungnya tersiar hingga radius yang begitu jauh, sampai ke Kasihan, Bantul. Salah satu peserta lomba itu, Juni (45) warga Kalangan Bangunjiwo Kasihan Bantul, sampai-sampai memanfaatkan lomba itu tak hanya untuk mengisi waktu. Lebih jauh, ia menaruh harap pada lomba itu untuk mengantarkannya menjadi guru ngaji.

Menjadi guru ngaji. Itulah motivasi awal Juni mengikuti lomba. Usahanya menjadi guru ngaji sebenarnya sudah jadi angan- angan sejak lama. Hanya saja, ia terlanjur merasa minder mengikuti latihan baca Alquran di lingkungan yang sudah dianggap khatam.

Keinginannya jadi guru ngaji itu muncul karena di lingkungan tempat ia tinggal kini, belum ada sosok yang benarbenar mampu memberi pelajaran seni baca Alquran. Ia merasa prihatin dan ingin mencurahkan pengalamannya kepada 40 kepala keluarga di kampungnya.

Hasrat Juni mengikuti lomba tergolong tinggi. Ia sangat ingin menjuarai perlombaan. Setidaknya untuk mendapat legalitas, bahwa dirinya mampu jadi guru ngaji yang mumpuni. ”Kalau sudah mendapatkan juara ini, tentunya akan timbul kepercayaan yang lebih dari masyarakat,” katanya.

Dengan hanya mengayuh sepeda, Juni dan Darmadji berboncengan menuju Masjid DPRD DIY, yang jaraknya kurang lebih sekitar 20 km dari tempat tinggalnya. Hari itu, dua bersaudara itu sengaja meliburkan diri untuk mengejar impian mulia buat kampung halaman mereka.

Dua hari sebelumnya, Juni mengaku sudah belajar ayat yang akan menjadi materi lomba, Surat Al Baqarah ayat 18 hingga 23. Meski begitu, sesampai di Masjid, Juni tercengang-cengang. Penyelenggara ternyata telah mengubah ayat yang harus dibacakan. ”Sesampai di sini, penyelenggara meminta saya membacakan ayat 23-29,” katanya.

Kendati begitu, jika nantinya dia tidak terpilih jadi pemenang, Juni tetap bertekad untuk dapat menjadi guru ngaji yang diteladani oleh masyarakat di sekitarnya. “Saya prihatin. Beberapa warga di kampung saya kurang bisa baca Alquran” tuturnya.

Oleh Andreas Tri Pamungkas
WARTAWAN HARIAN JOGJA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor