Minyak Jarak, Alternatif Pengganti Minyak Tanah

HARIAN JOGJA - Apa yang Anda bayangkan ketika minyak tanah mulai langka, atau harga mulai melambung. Selain beralih ke bahan bakar gas, pasti yang dicari adalah bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah tersebut. Energi alternatif itulah yang saat ini sedang diusahakan oleh Kelompok Tani Nyawiji Lestari di Dusun Kemirikebo, Desa Girikerto, Turi.

Mereka mengusahakan energi alternatif menggunakan bahan dari tanaman jarak. Apalagi tanaman jarak dengan masa tanam 2 tahun, bijinya sudah bisa dipanen. Cara kerjanya, menurut Ketua Kelompok Nyawiji Lestari Suparjo, biji jarak yang sudah dikumpulkan itu kemudian dikelupas kulit luarnya, lalu djiemur agar kering.

Ambil sekitar 1 ons biji jarak, kemudian ditebar di kompor khusus. Lalu beri sedikit spiritus dan nyalakan, api pun menyambar biji jarak tersebut. Untuk 1 ons biji jarak itu tahan menyala selama 1 jam, dan tentu saja bisa untuk memasak. Bahkan untuk memanaskan air pun bisa cepat mendidih. “Di Desa ini sudah ada 10 kelompok di 10 dusun yang membudidayakan tanaman jarak sebagai bahan bakar,” ujar Suparjo, pada Harian Jogja, Selasa (24/11).

Tetapi saat ini, mereka sedang mengalami kendala karena tiap kelompok belum memiliki kompor sebagai tempat untuk pembakaran. Baru ada 1 kompor dan itu diletakkan di kecamatan Turi. Sehingga selama ini, biji jarak yang sudah dipanen itu oleh petani dikumpulkan di tempat Suparjo, dan kemudian dijual ke perusahaan PT Pura di Gunungkidul.

Untuk 1 kg biji jarak itu dihargai Rp2.000. Padahal dengan masa panen dua kali setahun, sekali panen hanya memperoleh 1 kwintal biji jarak. Menurut dia, harga yang diberikan itu sudah termasuk tinggi, karena sudah naik dari tahun sebelumnya yang cuma dihargai Rp1.500. Namun meski sudah bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif, petani belum bisa menjual biji jarak secara eceran.

Pertama karena untuk melakukan proses memasak dengan biji jarak harus menggunakan kompor khusus, dan kedua, energi alternatif ini belum banyak dikenal masyarakat luas. “Saya berharap ada pihak swasta yang mau bekerjasama untuk produksi kompor khusus untuk bahan bakar minyak jarak ini,” ucapnya.

Kelompok Nyawiji Lestari tahun lalu pernah mendapat dana penguatan modal untuk bantuan alat pengepresan biji jarak, dari bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman. Juga pernah memperoleh penghargaan sebagai Juara I petani terbaik hasil evaluasi kelompok tani dari bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman.

Ke depannya, Suparjo bersama sekitar 60 orang petani anggota kelompok Nyawiji Lestari berharap bisa memanfaatkan budi daya biji jarak sebagai mata pencaharian tetap. Pasalnya di luar budi daya tanaman jarak, para petani mengusahakan berbagai komoditas lain seperti salak, vanili, merica, dan bibit pohon sengon. Sehingga mereka memperoleh penghasilan dengan bertumpu pada musim panen sejumlah komoditas itu saja.

Oleh Theresia T. Andayani
WARTAWAN HARIAN JOGJA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Terekam CCTV, Napi Asimilasi Ini Curi Uang dan Rokok di Pasar Sleman

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir