15 Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah

RADAR JOGJA - Setidaknya ada 15 bahasa daerah yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia nyaris punah. Bahkan, ada dua bahasa daerah yang hanya dipakai oleh 5 hingga 10 orang saja di satu wilayah. Seperti diungkapkan oleh Direktur Peninggalan Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, Junus Satrio Atmojo, di sela-sela Seminar Evaluasi Warisan Budaya di Benteng Vredeburg, kemarin (9/1).

"Di Indonesia saat ini ada 738 bahasa. Secara ilmu antropologi jumlahnya sebanyak 500 bahasa. 738 ini berdasarkan pada suku bangsa yang ada di Indonesia . Wilayah yang mempunyai bahasa paling banyak adalah Papua dengan 200 bahasa dihitung berdasarkan jumlah suku yang ada sekitar 200 suku. Wilayah Kalimantan juga mempunyai 200 bahasa. Dari sekian ratus bahasa, 15 bahasa yang dinyatakan hampir punah berdasarkan penelitian 2 tahun lalu," jelas Junus.

15 bahasa yang nyaris punah tersebut adalah hasil penelitian Pusat Studi Bahasa dua tahun lalu. Terancam punah ini berarti pengguna bahasa tersebut jumlahnya sedikit. Berkisar antara 5-200 orang. Kebanyakan, bahasa-bahasa yang nyaris punah tersebut berada di wilayah Indonesia bagian timur.

Penyusutan tersebut, lanjut Junus, salah satunya juga disebabkan karena banyaknya penggunaan bahasa asing dalam berbagai aspek. Para anak muda lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa daerahnya sendiri.

"Banyak bahasa Inggris yang dipakai oleh masyarakat sehingga mengakibatkan seolah-olah bahasa Inggris menjadi bahasa formal padahal yang formal itu bahasa Indonesia. Padahal bahasa Indonesia telah dideklarasikan menjadi bahasa nasional sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928," kata Junus.

Faktor bahasa asing merupakan salah satu ancaman. Junus melihat diberbagai fasilitas umum kini hamir semuanya menggunakan istilah asing. Ia takut jika kelak lama-kelamaan budaya asing itulah yang akan menghilangkan budaya asli. Sehingga menurutnya, untuk memperbaikinya hal tersebut faktor keluarga adalah salah satunya.

"Bahasa itu eksistensinya dari keluarga dan lingkungan. Jadi kalau keluarga dan lingkungan lalai dan tidak suka menggunakan bahasanya sendiri maka akan hilang. Sadarkan pula pada mereka mengenai status sosialnya, sehingga tidak sampai melupakan tempat asli," kata Junus sambil mencontohkan anak-anak muda jaman sekarang yang sudah tidak bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar atau tidak pada tempatnya.

Junus mengusulkan solusi yang bisa dilakukan pemerintah maupun masyarakat agar budaya bahasa daerah tidak punah.

"Membiasakan diri menggunakannya adalah salah satunya, selain itu kita bisa memulai dengan membuat kamus bahasa daerah sebagai rekaman kebudayaan yang lengkap. Sebab ini merupakan upaya untuk melindungi bahasa kita sendiri sekaligus mendukung program UNESCO tentang mother language," tegasnya. (isa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor