Gula Pasir Produk Lokal Mulai Langka

Distributor Mulai Jual Gula Rafinasi
RADAR JOGJA - Setelah harga gula pasir produk lokal yang dikonsumsi rumah tangga merangkak naik mencapai Rp 12 ribu per kilogram di pengecer, kini barang kebutuhan pokok tersebut mulai langka. Distributor besar di Jogja mulai mengedarkan gula rafinasi (impor) ke pembeli rumah tangga. Harganya pun, lebih terjangkau hanya Rp 9.800 per kilogram.

"Karena masa giling tebu sudah habis, pembeli dari kalangan rumah tangga sudah banyak yang menanyakan gula rafinasi. Selain harganya murah, kualitasnya juga lebih baik daripada gula pasir produk lokal," ujar salah seorang distributor besar gula pasir di Jogja, Zulfikar, di Komplek Pasar Beringharjo, kemarin kepada Radar Jogja.

Dikatakannya, produksi gula dalam negeri saat ini mulai sulit ia dapatkan. Persediaan gula di gudangnya pun mulai menipis. Padahal, permintaan gula untuk konsumsi rumah tangga ini tak pernah menurun. Ini membuat harga gula di tingkat pengecer juga ikut melambung.

Mahalnya harga gula produksi lokal ini, mau tak mau konsumen rumah tangga mulai menanyakan gula yang lebih murah. Dari pengamatan di kiosnya, konsumen rumah tangga banyak yang sudah tahu harga gula rafinasi lebih terjangkau.

"Semua tahu jika gula rafinasi lebih murah harganya. Meski, ada peraturan gula rafinasi hanya untuk industri, jika pembeli memaksa kami mau gimana lagi," kata pemilik kios Takari di Komplek Pasar Beringharjo.

Selama ini, dalam melayani konsumen rumah tangga, Zulfikar memang tak memberikan gula rafinasi. Ia pun tak menjual gula impor ini dalam bentuk eceran."Kami hanya melayani penjualan gula rafinasi dengan jumlah banyak," imbuhnya.

Mengenai melambungnya harga gula kristal putih ini, Zulfikar mengakui masih adanya cukong-cukong yang bisa memainkan harga gula. Termasuk gula pasir produk lokal."Mereka bebas dengan seenaknya mengeluarkan gula dari gudangnya. Itu lah yang mempengaruhi naiknya harga gula ini," jelasnya.

Bebasnya distributor besar memainkan harga gula ini, disebabkan dibebaskannya impor gula yang dilakukan pihak swasta. Setelah ada SK Menteri Perdagangan No. 527 tahun 2004 tentang Ketentuan Impor Gula.

"Kalau dulu masih dipegang Bulog, harga gula bisa diseragamkan. Sekarang tergantung dari distributor-distributor memainkan harga," lontarnya.

Dilain pihak, Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian, Sri Hartati menampik adanya kelangkaan gula pasir ini. Ia melihat stok yang dimiliki dua pabrik gula (Madukismo dan Klaten) yang menyuplai kebutuhan masyarakat Jogja cukup untuk sampai dengan April.

"Stok di Pabrik Madukismo, saat ini masih tersedia sekitar 1.000 ton gula pasir. Sedangkan ketersediaan gula di pasaran masih ada sekitar 49 - 100 ton. Jumlah itu sangat cukup untuk konsumen rumah tangga sampai dengan April nanti," tuturnya.

Langkah antisipatif juga sudah mulai disusun Disperindagkop Kota Jogja. Mereka akan mendatangkan gula produk lokal dari daerah lain jika stok dalam kota mulai tak menyukupi.

"Kalau kenyataannya memang tak mencukupi, kami akan meminta bantuan dari daerah lain seperti dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Lampung. Di sana stoknya melebihi kebutuhan yang ada," pungkasnya. (eri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor