Liburan, Kondom Laris

HARIAN JOGJA: Penjualan alat kontrasepsi jenis kondom selama musim libur akhir tahun di wilayah Jogja dan sekitarnya meningkat hingga 100%. Peningkatan ini. menurut Sosiolog dari UAJY, Bambang K Prihandono, akibat terjadinya pergeseran generasi dan lemahnya kontrol dari masyarakat.

Jika hari-hari biasa, rerata penjualan kondom sekitar 10 pak (1 pak=isi tiga), pada musim libur akhir tahun lalu, naik hingga 20 pak per harinya. Salah seorang karyawan apotek yang tak ingin disebut namanya di sekitar jalan Brigjen Katamso mengakui, selama musim liburan kemarin, penjualan kondom mengalami kenaikan dari hari biasanya. “Kalau rata-rata perharinya sekitar 10 pak, liburan kemarin ada kenaikan penjualan hingga 20 pak perhari,” ungkap dia kepada Harian Jogja, Minggu (3/1).

Hal senada diakui karyawati apotek di jalan Seturan Raya, Sleman. Meski kenaikannya tidak terlalu signifi kan, namun angka penjualannya rata-rata mencapai 10 pak (isi tiga) per hari. Tak jauh beda, diakui karyawan toko 24 jam di sekitar jalan Taman Siswa. Menurutnya, penjualan kondom selama musim liburan kemarin mengalami lonjakan hingga 100 %. “Kalau rerata perharinya 5-8 pak (isi tiga), selama liburan kemarin menjadi 10-14 pak,” aku dia.

Sejumlah apotek dan minimarket di sepanjang Jalan Kaliurang juga mengakui adanya peningkatan permintaan kondom selama musim libur tahun baru. Peningkatan penjualan ju ga terjadi di sejumlah minimarket di Jalan Prangtritis. Edi, penjaga Alfamart mengaku ada peningkatan penjualan kondom hingga 50%. “Biasanya sehari kami menjual lima pak, saat tahun baru lalu terjual delapan pak,” kata dia.

Di Indomart, menurut Sumaryanto, pada tahun baru permintaan kondom juga naik. Jika biasanya hanya lima per hari, pada tahun baru bisa menjual hingga 12 pak kondom per hari. Minimarket Circle K, kata Wistra, mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Jika biasanya per hari hanya terjual tiga, naik menjadi 14 pak yang terjual. “Mereka biasanya menyenangi merek Viesta dan Durex,” kata dia.

Bergerigi Dilihat dari model yang diminati, menurut sejumlah penjual, jenis kondom bergerigi dan yang memiliki cincin (ring) mulai menggeser penjualan kondom polos. Adapun masalah rasa, kata mereka, banyak pembeli yang tidak mempersoalkan. “Banyak pembeli yang memilih kondom bergerigi atau yang memiliki cincin (ring), tapi yang polos masih ada peminatnya,” aku karyawan toko yang menjual tokonya selama 24 jam.

Namun, Tanti menjelaskan, rata-rata pembeli sudah mengetahui jenis yang diinginkan tanpa mempersoalan rasa. “Kalau di tempat kita, banyak kalangan warga setempat saja yang memang menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi,” ungkapnya. Adapun harga kondom perempuan tidak diminati. .

Pergeseran generasi
Manajer Program Youth Center Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) KBI DIY, Maezur Zaky mengatakan pihaknya sudah memperkirakan akan terjadinya lonjakan permintaan kondom pada tahun baru. Namun ia membantah jika kenaikan itu akibat kenakalan remaja yang melakukan seks bebas.

“Belum seratus persen benar, faktanya remaja masih takut dengan kondom, bisa saja pasangan suami istri yang mau merayakan tahun baru terus pakai kondom, kalau remaja dalam kaca mata saya itu lebih baik [pakai kondom] karena jelas dalam konteks kesehatan dengan pengunaan kondom saya kira melindungi wanita dari risiko, kalau melakukan dengan sadar mengapa tidak?” kata dia, saat dihubungi Harian Jogja.

Menurut dia, kalau melanggar moral semua harus terbuka bagaimana memberikan akses untuk melindungi dan bahkan kalau bisa tidak melakukan hubungan diluar nikah. “Tiap isu ini muncul lagi remaja yang disalahkan, dikontrol dalam arti yang lebih negatif. Sementara itu, Sosiolog dari Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) Bambang K Prihandono mengatakan meningkatnya permintaan kondom selama libur tahun baru dikarenakan telah terjadinya perubahan tingkat generasi.

“Artinya ada perubahan besar di mana yang namanya seksualitas bukan dimaknai sebagai tabu, moral agama, tapi dimaknai sebagai sebuah rekreasi, kalau kita baca dari perubahan artinya pergeseran pemaknaan terhadap seksualitas, artinya kontrol dari masyarakat mengalami pelemahan, sehingga namanya seksualitas itu menjadi lebih bebas dan pribadi,” papar dia.

Menurut dia, generasi baru inilah dari sisi pengetahuan dan praktek jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. “Artinya ada perubahan besar dalam memahami soal seks bebas. Namun yang lebih membahayakan bukan seks bebas, tapi aborsi, kesehatan reproduksi itu yang jauh lebih penting yang harus dipahami generasi saat ini.” imbuh Bambang. (Abdul Hamied Razak & Akhirul Anwar)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor