Mengisi Liburan Dengan Reog

Anak-anak di Dusun Bunder Desa Banaran Galur Kulonprogo mempunyai cara yang unik untuk mengisi liburan sekolah. Dengan dandanan dan alat musik ala kadarnya, anak-anak usia TK, SD, dan SMP itu memainkan kesenian reog yang layaknya dipentaskan orang dewasa.

Tak hanya itu, mereka juga kreatif dengan menyulap kardus bekas menjadi aksesoris mengikuti pakem baju pewayangan yang unik. Tanpa perlu membeli alat yang mahal untuk gamelan, kentongan, jerigen, kaleng biskuit, dan tutup gelas pun mampu mengiringi aksi mereka. Lengkap dengan peralatan, mulai dari pagi pukul 08.00 WIB, kempok yang terdiri belasan anak itu mulai menyusuri perkampungan untuk unjuk kebolehan.

Jika sampai di tempat yang agak lapang mereka mulai menunjukkan kepiawaiannya jumpalitan bak adegan ketoprak. Tentu saja dengan iringan alat musik yang mereka mainkan mengundang kerumunan orang perkampungan datang menyaksikan aksi mereka. Tak lupa anak-anak tersebut menempatkan sebuah kardus di samping pertunjukan, jika mungkin ada penonton yang menyumbang uang.

Tak jarang orang dewasa yang terkesan dengan permainan mereka memberi hadiah rata- rata Rp3.000 sampai Rp5.000. Dalam setiap penampilannya mereka memainkan pertunjukan selam 15 menit sebelum beranjak ke tempat lainnya dengan berjalan kaki. Jika sudah lelah anak-anak itu berhenti sejenak atau membeli jajanan dari pedagang keliling yang kerap mengikuti langkah mereka. Dan kembali melanjutkan perjalanan dari kampung-ke kampung sampai sekitar pukul 14.00 WIB ketika cuaca panas dan saat untuk pulang.

Ketika tiba waktunya pulang, dari hasil pementasan mereka mereka rata-rata mampu meraup uang Rp50.000 hingga Rp100.000, yang kemudian akan dibagi rata ke semua anak-anak yang ikut dalam pertunjukan keliling sepanjang satu hari itu. “Kalau dibagi saya mungkin dapat Rp2.000 sehari, kadang lebih kadang kurang tergantung uang yang didapat,” ujar Rifai, salah seorang pemain reog.

Ia mengatakan sejumlah uang yang didapatkan dari pentas biasanya ia belikan makanan, alat tulis, atau ditabung. Ketua kelompok tari reog Pranoto menungkapkan tari reog ini sudah dilakukan sejak satu tahun yang lalu. Awalnya hanya mainmain saja mengikuti irama yang biasa mereka dengarkan pada pertunjukan jatilan, atau ketoprak yang biasanya diundang dalam hajatan.

“Semuanya yang ikut tidak pernah belajar khusus tari reog, anak-anak hanya menari mengikuti irama yang biasanya terdengar pada pertunjukan jatilan, entah benar entah salah yang jelas sangat senang bisa pentas dilihat orang banyak,” ujarnya. Sugeng salah satu orang tua menyampaikan sebenarnya cukup bangga melihat kretivitas anak-anak dalam menciptakan sebuah permainan dan menyukai kesenian daerah. Hanya orangtua perlu mengawasi kegiatan anak-anak agar tidak berpola pikir seperti pengamen jalanan. (Victor Mahrizal)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor