Kampus Akan Ketatkan Izin Kegiatan Berbahaya

RADAR JOGJA- Enam mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (Suka) yang tersesat di Gunung Salak mulai dievakuasi kemarin (31/1) subuh. Evakuasi ini lebih cepat dari yang diperkirakan karena kondisi enam orang survivor angota Mapala UIN Suka sudah cukup kuat untuk berjalan. Pihak kampus rencananya akan mengirimkan satu bus yang diberangkatkan menuju Bogor pada sore hari.

Pihak kampus yang diwakili Pembantu Rektor III Dr. Maragustam menyatakan tidak tahu ada mahasiswa yang mendaki Gunung Salak. "Saya tidak tahu ada mahasiswa yang mendaki Gunung Salak berjumlah enam orang. Tidak ada informasi yang masuk sampai rektorat tentang pendakian ini," terangnya kemarin (31/1).

Seminggu sebelum para mahasiswa ini mendaki Gunung Salak, kampus sebenarnya sudah mengundang semua UKM untuk berkoordinasi . Setiap akan melakukan kegiatan alam atau kegiatan yang dinilai berbahaya, UKM harus menyertakan izin dari pihak kampus. "Untuk kegiatan berbahaya, kami ingin ada izin dan pernyataan tertulis dari kampus. Saya sudah kumpulkan semua UKM utnuk memberitahukan kebijakan baru ini," ujarnya. Namun, saat berkoordinasi dengan para UKM, Maragustam memang mengakui tidak ada utusan dari Mapalaska UIN Suka. "Saya tidak melihat wakil dari Mapalaska dalam pertemuan antara rektorat dengan UKM," ungkapnya.

Adanya kejadian ini disayangkan Maragustam. Namun, dia menyatakan kampus siap membantu proses evakuasi para pendaki. Bantuan yang diberikan adalah sebuah bus yang digunakan untuk menjemput, serta dana. Kampus juga sudah berkoordinasi dengan Iwan Firdaus, alumni Mapalaska yang berdomisili di Bogor dan ikut terlibat dalam proses evakuasi.

"Dengan Iwan kami sudah berkoordinasi. Setelah turun, mereka akan istirahat barang sejenak dulu di rumah Iwan. Baru setelah kondisinya dirasa cukup, mereka akan pulang ke Jogja," jelasnya. Menurut Maragustam, sama seperti dirinya, Iwan juga tidak tahu sebelumnya ada juniornya di Mapalaska yang mendaki Gunung Salak. "Jadi bukan cuma saya yang tidak tahu, senior mereka di sana juga tidak tahu sebelumnya. Info yang saya dapat begitu," katanya.

Rektorat belum menentukan langkah slanjutnya. Besar kemungkinan Mapalaska akan dipanggil untuk berbicara kepada rektorat. "Untuk sanksi, saya rasa tidak akan diberikan. Hanya mungkin pemanggilan anggota dan pengurus Mapalaska," tuturnya. Maragustam juga berjanji akan mengetatkan izin kegiatan berbahaya seperti mendaki gunung bagi mahasiswa UIN Suka.

Sekretaris Mapalaska Ajidil Ashari menegaskan, anggota Mapalaska yang akan mendaki sudah meminta izin rektorat. Mereka juga menulis proposal untuk meminta dana. "Kampus jelas tahu kami mau mendaki. Kami membuat proposal kok. Memang dana belum turun, tapi kami sudah masukkan proposalnya," ujarnya di Posko sementara Mapalaska di kompleks kampus UIN Suka.

Ajidil Ashari atau biasa disapa Neo dan beberapa temannya membuka posko sejak Sabtu (30/1) malam. "Tempatnya sementara di luar dulu. Dekat Wall Climbing. Karena ruangan yang biasa kita pakai tidak bisa 24 jam. Jadi kita di sini saja, agar bisa tetap buka 24 jam," katanya.

Alumni Mapalaska UIN Suka yang juga bergabung dengan tim di posko, Heri Purwanto, menjelaskan evakuasi akan dimulai dengan cara naik ke puncak Gunung Salak II, baru kemudian turun. "Jalurnya akan lebih mudah jika melewati Salak II. Jadi, rutenya akan naik dulu, baru kemudian turun menyusuri jalan yang biasad ipakai pendaki," paparnya.

Total, ada 18 anggota tim penyelamat yang akan menolong proses evakuasi. "Kondisi survivor, alhamdulillah, dari kontak terakhir baik-baik saja. Sewaktu ditemukan, memang ada indikasi hypothermia. Tapi tidak parah. Penyebab utamanya adalah kekurangan makan. Kalau terserang hypothermia, kondisinya tidak akan pulih secepat ini. Nyatanya, mereka sekarang sudah bisa berjalan lagi. Berarti tidak masalah," ujarnya.

Heri emnyayangkan beberapa pemberitaan di media televisi yang simpang siur. Berita itu membuat para orang tua yang anaknya bergabung di Mapalaska panik. Bahkan dirinya yang sudah menjadi alumni ikut ditelpon orang tuanya karena cemas. "Yang heboh malah orang tua yang anak-anaknya di sini (tidak ikut mendaki). Pemberitaan di salah satu stasiun televisi harus segera dibenarkan. Agar tidak menimbulkan kepanikan," tuturnya.

Semua anggota keluarga enam orang pendaki yang hilang sudah diberitahu akan kondisi terakhir mereka. Ada dua pendaki yang berasal dari Jogja, yaitu Ilham Wiranegara dan Febri Agriyanto. "Keluarga Irham berada di Sleman dan sudah kami beritahu kondisinya. Tapi memang mereka belum sempat datang ke posko kami. Keluarga pendaki lain yang berada di luar kota juga sudah dihubungi," terangnya. (luf)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor