Perbankan Masih Enggan Ikuti Budaya Cicilan Harian

Wali Kota Minta Bank Lebih Fleksibel
RADAR JOGJA-Utang dari rentenir bagi pedagang kecil terutama yang menggantungkan hidup dari keramaian pasar tradasional, memang masih menjadi idola. Lantaran, rentenir lebih fleksibel dalam pembayaran. Pembayaran cicilan bisa dilakukan setiap hari, berbeda dengan perbankan yang harus sesuai sistem, dilakukan setiap bulan.

Budaya membayar harian ini, menurut Wali Kota Jogja, Herry Zudianto sangat sulit untuk diubah. Maka, ia pun berharap pihak perbankan juga bersedia untuk mengikuti budaya pedagang kecil tersebut."Perbankan seharusnya lebih fleksibel terhadap pedagang di pasar. Mereka sebenarnya bersedia berhutang di bank. Asalkan, syarat-syarat dan pembayarannya mudah, seperti rentenir," ujar Herry, disela-sela peresmian Mushola di Pasar Beringharjo dari bantuan Bank Mandiri,(22/2).

Jika para pedagang ini dipaksakan untuk mengikuti sistem yang digunakan Bank, dengan pembayaran cicilan setiap bulan, diungkapkan Herry akan sulit dilakukan pedagang."Seharusnya bank lebih mengalah mengikuti budaya pedagang. Jika mereka memang memiliki idealisme untuk memberantas rentenir," jelasnya.

Pendapat Herry ini juga diakui dari salah pedagang di pasar terbesar di DIJ ini. Menurut, Sulasmi, pedagang makanan, pihaknya jika diminta membayar dengan sistem harian lebih mudah."Kami sudah buktikan ketika membayar iuran atau retribusi pasar yang dilakukan setiap hari. Jika tidak membayar pun, tiap hari kami sudah menyisihkan uang," ungkap pedagang yang sudah 13 tahun menggantungkan hidup dari Beringharjo ini.

Selain perubahan sistem pendanaan untuk modal pedagang, Pasar tradisional, kata Herry, diharapkan dikelola dengan manajemen modern namun tetap mempertahankan keistimewaan dengan adanya interaksi sosial. Adanya tawar menawar antara penjual dan pembeli di pasar tradisional merupakan interaksi sosial yang menjadi keistimewaan karena tidak dijumpai di pasar modern.

"Saya mengharapkan dikotomi pasar tradisional dan pasar modern hanya pada pola hubungan transaksionalnya, adanya tawar menawar. Tapi dari sisi manajerial, pasar tradisional harus dengan manajemen modern, seperti pengelolaannya atau kebersihannya. Sehingga bisa terwujud slogan pasare resik, atine becik, rejekine apik," kata Wali Kota yang jabatannya berakhir 2011 ini.

Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Jogja, Ahmad Fadli juga menuturkan selama ini pedagang yang berada dibawah intansinya memang kesulitan menemukan bank yang menyesuaikan dengan pola transaksi tersebut. Akibatnya, meski sudah sering dilakukan sosialisasi, demi tuntutan cepat cair dan kemudahan, mereka lebih memilih rentenir.

"Harapannya mitra-mitra di bank turut menghilankan rentenir di pasar secara pelan-pelan. Dengan memberi pelayanan lebih baik, seperti pemberian kredit yang bisa dibayar harian," pungkasnya. (eri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor