Uji Coba Bribin Tak Maksimal

GUNUNGKIDUL: Uji coba pengangkatan air bersih dari sungai bawah tanah Megaproyek Bribin di Dusun Sindon Desa Dadapayu Kecamatan Semanu, Senin (1/2), tidak berjalan sesuai harapan, menyusul debit air di arus bendungan bawah tanah dalam kondisi kering.

Dari 5 turbin mikrohidro yang akan diuji coba, hanya 2 turbin kemarin diuji coba. “Idealnya memang debit air mencapai 3.000 liter per detik dan saat ini hanya ada antara 1.600 sampai 1.800 liter. Curah hujan tidak seperti yang kami harapkan,” kata Solihin selaku Koordinator Proyek Bribin, Senin (1/2).

Dia mengatakan, debit air sungai bawah tanah di bendungan air yang menjadi tandon saat ini dalam kondisi menyusut akibat curah hujan yang belum ideal. Hal itu sangat mempengaruhi debit dan volume air yang akan diangkat.

Tinggi air sungai di bawah tanah saat ini hanya 9 bar, yang membuat tidak maksimalnya uji coba seluruh turbin beroperasi. Padahal untuk memfungsikan 5 turbin secara maksimal dibutuhkan 15 bar.

Namun demikian, Solihin optimistis target operasionalisasi pengangkatan air dari sungai bawah tanah pada 11 Maret 2010 akan terpenuhi.

Solihin menjelaskan, dari uji coba di 2 turbin mikrohidro kemarin, ditaksir sudah dapat mencukupi kebutuhan air untuk 4.000 rumah di Gunungkidul.

Dia menambahkan, uji coba Megaproyek Bribin kemarin juga dilakukan untuk mengecek kekuatan seal-seal yang ada pada peralatan. “Seal semua dalam kondisi baik. Optimistis 11 Maret nanti akan selesai dan berjalan lebih maksimal,” jelasnya.

Megaproyek Bribin telah menelan anggaran dana lebih dari 3,5 juta Euro. Proyek ini merupakan hasil kerja sama dengan Universitas Kalshure Jerman sebagai proyek pengangkatan air sungai bawah satu-satunya di dunia berteknologi turbin tanpa biaya bahan bakar.

Pengangkatan air bawah tanah dari Sungai Bribin ini ditargetkan mencukupi suplai air bersih bagi sekitar 80.000 jiwa warga Gunungkidul di lima kecamatan yang selama ini dilanda krisis air bersih berkepanjangan. Kelima kecamatan itu yakni di Kecamatan Semanu, Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Ponjong, Kecamatan Tepus dan Kecamatan Rongkop.

Pekerjaan yang mulai nampak disempurnakan 2009 lalu dengan pemasangan lima unit modul mikrohidro terdiri dari gear box, turbine dan pump sebagai peralatan utama. Lima alat itu berfungsi vital mengangkat air sungai di bawah tanah yang telah dibendung pada kedalaman 104 meter dari permukaan tanah. Alat pengangkat air nirbiaya bahan bakar berbentuk modul itu memiliki kemampuan mengangkat air 40 liter per detik. Sementara dua mikrohidro lainnya masing-masing mampu mengangkat air 20 liter per detik.

Lima unit modul mikrohidro itu akan difungsikan untuk menyelurkan air ke reservoir (penampungan) utama di salah satu gunung karst berketinggian sekitar 40 meter. Dari penampungan itu, selanjutnya air akan disalurkan di pos-pos penampungan di sejumlah titik dan didistribusikan ke saluran pipa rumah tangga menggunakan jalur perpipaan yang telah dibangun sejak 1984.

Data Bidang Pengairan Dinas PU Perumahan dan ESDM Provinsi DIY menyebutkan, pendanaan proyek Bribin II sejak 2002 hingga 2008 sudah menyedot anggaran Rp34 miliar dari APBN dan APBD Provinsi DIY. Sedangkan untuk 2009 menambah proyek membutuhkan tambahan dana lagi Rp1,2 miliar.

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor