20 Anak SMA Terjaring Razia

Game Center dan Warnet Menjadi Tempat Favorit Mbolos
SLEMAN - Pelaksanaan ujian nasional (unas) siswa SMA dan sederajat akan digelar pada 22 - 26 Maret 2010. Untuk kepentingan itu, Pemkab Sleman melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dindikpora) melakukan sweeping terhadap para pelajar yang berkeliaran pada saat jam sekolah. Mereka yang terjaring dibina agar memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan unas.

Dalam melakukan razia, petugas Dindikpora bekerja sama dengan Polres Sleman, dan Satpol PP membagi tugas di tiga wilayah, timur, tengah dan barat. Di seputaran Kecamatan Depok yang masuk Sleman Timur, petugas berhasil menjaring siswa dengan jumlah paling banyak. Yakni 20 orang. Sedangkan di wilayah Mlati, Sleman Tengah sebanyak 8 siswa, sementara di wilayah barat nihil.

"Total yang terjaring 28 siswa. Itu jumlah yang banyak. Seharusnya nihil semua," ujar Nanik Sutristiati, petugas dari bidang pemuda dan olahraga Dindikpora Sleman, usai razia, kemarin (18/3).

Game center dan warnet masih menjadi lokasi favorit para siswa membolos. Selin itu embung Tambakboyo juga menjadi sasaran siswa yang malas pergi ke sekolah. Dari data yang ada di tangan petugas, tak hanya pelajar dari Sleman saja. Beberapa siswa dari Kota Jogja yang tertangkap tangan membolos tetap dibina dan disuruh mengisi surat pernyataan tak akan mengulangi perbuatan.

Parahnya lagi, tak hanya pelajar SMA saja yang ketahuan bolos. Sebagian yang terjaring razia ada yang masih SMP dan SD. Termasuk siswa perempuan. Mereka yang terjaring dari wilayah Sleman, di antaranya bersekolah di SMK I Depok, SMK Karya Rini, dan SMK Sulaiman. Sedangkan dari Kota Jogja siswa pembolos berasal dari SMAN 11, SMA Muhammdiyah 7, MAN 1, SMPN 14, SMPN 12, SMP Muhammdiyah 3, dan SD Ungaran I.

"Kami mengimbau kepada pihak sekolah dan orang tua siswa lebih memperhatikan anak didiknya. Apalagi menjelang unas. Mereka harus belajar supaya lulus," kata Nanik.

Ada banyak alasan yang disampaikan para siswa yang terjaring razia. Dari terlambat sekolah hingga mau praktek kerja lapangan. Seperti dituturkan oleh Dwi Arifin, siswa SMK Sulaiman. "Saya hanya lewat saja. Sumpah baru kali ini," dalihnya saat ditangkap petugas."Mau PKL kok ke Tambakboyo," sergah Nanik saat berharapan dengan Dwi.

Tak hanya itu, ada juga siswi yang mengaku depresi lantaran broken home. "Kalau tidak segera diantisipasi bisa jadi berisiko besar bagi siswa sendiri," imbuh Nanik.

Kasatpol PP Sleman Singgih Sudibyo mengatakan, upaya preventif yang dilakukan aparat bukan semata-mata untuk persiapan unas. Tapi juga untuk menertibkan jam belajar siswa. "Utamanya untuk mengurangi angka kenakalan remaja di Sleman," ujar Singgih.

Singgih mengimbau pada para pengusaha warnet dan game online agar berani menolak para siswa berseragam pada saat jam sekolah. "Sukur-sukur ada peraturan yang ditempel," pintanya. Langkah itu guna membantu peran pemerintah menertibkan siswa dan menurunkan angka kenakalan remaja. (yog)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor