Belajar Dari Pengalaman Unas SMU

Perketat Pengawasan
RADAR JOGJA - Terhitung mulai hari (29/3) sampai dengan Kamis (1/3) mendatang, pelajar dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan menempuh Ujian Nasional (Unas). Berbagai catatan buruk dari kakaknya di Sekolah Mengenah Atas (SMA) pun bakal menjadi acuan penyelenggaraan Unas SMP kali ini. Berbagai kesalahan dari Unas SMA setidaknya bakal memperketat pelaksanaan bagi adik-adiknya yang masih berseragam biru putih.

"Berbagai kesalahan elementer yang terjadi di Unas SMA lalu, kami tekankan kepada pengawas untuk dicermati. Jangan sampai kesalahan-kesalahan yang mengganggu pelaksanaan Unas terulang lagi di Unas SMP," tandas Drs Senawi, anggota Tim Pemantau Independen (TPI) kemarin, dihubungi Radar Jogja.

Dikatakan Senawi, masalah distribusi soal yang menjadi titik masalah di Unas SMU lalu, telah ia komunikasikan ke seluruh kepala sekolah di Kota Jogja dan empat kabupaten DIJ lainnya. Ini dilakukan, agar para kepala sekolah ini mencermati kesalahan yang terjadi di Unas SMU lalu dan tidak terulang lagi pada pelaksanaan Unas SMP kali ini.

"Kemarin (27/3) saya sudah bertemu dengan seluruh kepala sekolah untuk membicarakan hal ini. Mereka semua paham dan mengatakan akan lebih mencermati setiap tahap pelaksanaan Unas," imbuh anggota TPI dari UNY ini.

Pada pelaksanaan Unas SMU lalu, terdapat lima kesalahan yang merugikan pelajar menjadi catatan TPI. Dari mulai ketidaklengkapan lembar soal, adanya pengawas yang membawa laptop ke ruangan ujian, sampai dengan kekurangan soal yang menyebabkan pengawas harus menggandakan soal melalui fotokopi.

"Setiap pengambilan soal, saya telah meminta kepada kepala sekolah agar melakukan cek kembali terhadap isinya. Jangan sampai sudah menandatangani berita acara, tapi isinya tidak dicek yang akibatnya terjadi kekurangan," lontarnya.

Catatan buruk pelaksanaan Unas SMA lalu, bagi TPI menurut Senawi memang harus dijadikan pelajaran untuk pelaksanaan Unas SMP kali ini. Lantaran, kesalahan yang terjadi sebenarnya hanya disebabkan ketidakcermatan pengawas.

"Siswa pasti merasa dirugikan dengan semua kesalahan itu. Sebagai contoh ada pengawas yang membawa laptop ke dalam kelas, otomatis pasti akan menarik perhatian siswa yang notabene sedang mengerjakan soal," ujarnya.

Khusus untuk larangan membawa handphone (HP) ke dalam ruangan ujian, Senawi meminta kepada pihak kepala sekolah dapat menyosialisasikan dengan baik kepada siswanya. Ia khawatir larangan tersebut tetap dilakukan siswa SMP demi mengejar angka kelulusan. "Jangan sampai membawa HP yang menjadi larangan utama dalam Unas ini tetap dilanggar. Karena, jika sampai terjadi yang rugi jelas para siswanya. Mereka dianggap tidak lulus pelajaran tersebut. Kemudian mengulangi di ujian ulangan Mei nanti," katanya.

Mengenai kesiapan Dinas Pendidikan, Sekretaris Disdik Kota Jogja, Budi Santosa Asrori menjelaskan, distribusi soal sudah dibagikan ke masing-masing rayon. Antisipasi terulangnya kesalahan yangn terjadi pada Unas SMP lalu, pun sudah dilakukan pihaknya.

"Kami sudah menyosialisasikan kepada masing-masing sekolah dan pengawas selalu mencermati setiap tahapan Unas. Jangan sampai kesalahan yang menganggu penyelenggaraan Unas SMA lalu terulang kembali," tuturnya, dihubungi terpisah.

Unas SMP di Kota Jogja yang memiliki imej penyelenggaraan terbaik tahun lalu, akan diikuti 8202 siswa SMP/MTs/SMPLB. Dari jumlah siswa tersebut, ditambahkan Budi, sedikitnya ada lima sekolah yang harus mengikuti Unas di sekolah lain. Lantaran, sekolah tersebut tidak memenuhi jumlah minimal 20 siswa untuk menyelenggaraan Unas secara mandiri. (eri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor