Pelajar Perokok DIY Meningkat

YOGYAKARTA (SI) – Usia sekolah di DIY yang menjadi perokok cenderung meningkat tajam. Bahkan, kebiasan buruk itu umumnya dilakukan di sekolah saat masih memakai seragam.

Hasil penelitian Pusat Studi Wanita (PSW) UGM tahun 2008 menunjukkan, sedikitnya 29,1% dari remaja usia sekolah telah menjadi perokok aktif. Mereka ratarata mulai merokok pada usia sekitar 12 tahun,setara dengan pelajar SMP kelas I. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 400 responden berusia 7–18 tahun. Dengan responden dari kalangan pelajar SD, SMP,SMU,dan SMK. Dinas Kesehatan DIY mencatat, pada 2009 prosentase siswa tingkat SMP yang merokok 16,10% dan setingkat SMA 29,80%.

Sedangkan persentase jumlah hari merokok siswa dalam 30 hari terakhir menunjukkan angka yang cukup fantastis, 11,24% untuk pelajar SMP dan 33,07% untuk siswa SMA.Ini ironis karena semua sekolah menerapkan larangan merokok bagi semua siswanya.Terlebih di lingkungan sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Syamsury mengatakan, sekolah harus menegakkan disiplin dan wibawa sekolah. Data PSW UGM dan Dinas Kesehatan DIY selaras dengan hasil riset Quit Tobacco Indonesia, sebuah lembaga penelitian yang sejak 2003 aktif melakukan penyadaran bahaya rokok bagi kesehatan.

Salah satu penelitinya Retna Siwi Padmawati mengatakan, hasil survei di 14 SMA dan 8 SMP di DIY menunjukkan pelajar yang merokok mengalami peningkatan sekitar 90% di banding 10 tahun lalu. “Angka kematian akibat rokok sekitar 427.000 tiap tahunnya. Ini harus menjadi perhatian karena sudah menjadi masalah serius,” tukasnya. Menurut dia, para pelajar merokok dilatarbelakangi beragam alasan.Di antaranya,merasa gagah ketika merokok, merasa lebih modern, sebagai etika pergaulan,dan alasan lainnya. Untuk mengatasi kecenderungan itu, pihak sekolah didesak proaktif melakukan proses penyadaran bahaya rokok.

Caranya, lanjut Siwi, menggandeng berbagai kalangan terutama orangtua,Dinas Pendidikan, maupun Dinas Kesehatan.Di samping itu perlu juga menempuh langkah-langkah seperti mengembangkan potensi dan bakat siswa yang sering terabaikan, menghargai prestasi nonakademik siswa seperti perbuatan tidak merokok, mengajak siswa perokok berdialog lebih dekat sehingga mereka merasa tidak diabaikan. (kurniawan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor