112 Desa Belum Tersentuh PMP

YOGYAKARTA(SI) – Di wilayah DIY,tercatat ada 137 desa rawan pangan.Dari jumlah itu,112 desa yang belum tersentuh program mandiri pangan,sedangkan 25 desa sudah dilakukan pengentasan dengan program mandiri pangan (PMP).

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY Asikin Chalifah mengatakan, ratusan desa yang masuk kategori rawan pangan itu tersebar di empat kabupaten. Gunungkidul paling banyak dengan 77 desa, kemudian disusul Bantul, Sleman, dan Kulonprogo. ”Desa tersebut masuk kategori rawan pangan karena dilihat dari tingkat kemiskinannya, kesehatan masyarakatnya dan produksi pertaniannya,” ujarnya kemarin.

Asikin mengungkapkan,untuk menangani krisis pangan di desa yang belum tersentuh program mandiri pangan,selama ini baru dilakukan dengan penguatan keberadaan lumbung pangan. Di DIY setidaknya sudah ada 416 lumbung pangan.Di 25 desa mandiri pangan yang sudah terbentuk juga didirikan lumbung pangan. ”Tahun 2010, akan dibangun lumbung pangan di enam desa mandiri pangan, masing-masing dua lumbung di Gunungkidul,Kulonprogo, dan Bantul,” ungkapnya.

Sementara itu, Perum Bulog Divre DIY untuk pengadaan beras pada 2010 sebanyak 50.000 ton. Saat ini, terhitung per 8 April, sudah terserap 6.000 ton gabah dan 989 ton beras. ”Kami optimistis mampu merealisasikan pengadaan 50.000 ton beras.Pada 2008 lalu target pengadaan 50.000 ton beras, namun realisasi bisa mencapai 60.000 ton beras,”tutur Kepala Perum Bulog Divre DIY Murino Mudjono.

Beberapa daerah di DIY yang sudah memasuki panen, antara lain di Batul dan Sleman. Sayangnya, hasil panennya masih kurang bagus kualitasnya karena faktor cuaca yang masih diguyur hujan dengan disertai angin kencang. ”Banyak padi yang kadar airnya 30% sampai 32%, seharusnya hanya 14%.Namun,kami tetap membeli gabah apa adanya karena mempunyai alat pengering yang kapasitasnya 40 ton per delapan jam,”paparnya lagi.

Murino menambahkan,berdasarkan Inpres No 7/2009, ketetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) dengan kualitas kadar air maksimal 25% dan kadar hampa/ kotoran maksimal 10% adalah Rp2.640/kg di tingkat petani dan Rp02.685/kg di tingkat penggilingan. Sementara pembelian gabah kering giling (GKG) dengan kualitas kadar air maksimal 14% dan kadar hampa/kotoran maksimal 3% adalah Rp3.300/kg di penggilingan, atau Rp3.345/kg di gudang Bulog. (ridwan anshori)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor