Keraton Akan Tingkatkan Pengetahuan Guide

Perlama Length Of Stay Wisatawan
RADAR JOGJA - Singkatnya waktu tinggal (length of stay) wisatawan yang pergi ke Jogja membuat Keraton dan masyarakat pemerhati budaya prihatin. Demi meningkatkan length of stay ini keraton bakal mendidik pemandu wisatanya (guide). Mereka akan dibekali pengetahuan semua hal tentang keraton.

"Saat ini di keraton memiliki dua kelompok abdi dalem yang bertugas memandu wisata. Dua kelompok itu diwadahi Badan Kepariwisataan Keraton (BKK) dan Keprajuritan. Mereka masih dibagi tiga tempat yakni Museum Kereta, Siti Hinggil, dan Keraton. Pengetahuannya ya hanya tempat-tempat itu saja. Tidak mengetahui secara luas keraton," kata Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat, Pengageng Keraton saat acara diskusi budaya keraton di Joglo Tamansari, kemarin (19/4).

Guide keraton tersebut, menurut Yudhaningrat, diambilkan dari abdi dalem keraton baik prajurit maupun non prajurit. Maka, pengetahuan yang dimiliki guide ini pun sebatas tugas mereka menjadi abdi dalem saja. "Kalau yang bertugas di Museum Kereta ya wawasannya yang menjadi tugas itu saja. Pengetahuan lainnya di luas tugasnya sebagai abdi dalem tidak paham sampai jelas. Hanya sebatas pengetahuan umum saja," tandas Panglima Perang Keraton ini.

Minimnya pengetahuan abdil dalem ini, dikatakan Yudhaningrat, memang sesuai dengan awal konsep dibentuknya BKK. Namuan, jika dalam perjalanannya sudah tak mampu memenuhi keinginan wisatawan, Yudhaningrat pun mengisyaratkan bakal ada perubahan.

Dikatakan adik Raja Mataram tersebut, peningkatan pengetahuan guide ini juga menjadi tanggung jawab dari Keraton. Apalagi, guide ini juga menyumbang pemasukan yang cukup besar bagi kas keraton. "Pendapatan yang mereka dapatkan dibagi 60 persen kas keraton, 40 persen masuk ke kantong pribadi guide. Ini hanya untuk guide di bawah BKK. Guide yang di museum kereta berbeda. Pembagiannya sama, hanya 60 persen pendapatan dibagi untuk menghidupi abdi dalem Rotowijayan dan memperbaiki fasilitas museum jika ada yang rusak," jelasnya.

Ide meningkatkan wawasan guide ini, mendapatkan dukungan dari pemerhati budaya Ir. Yuwono Sri Suwito. Ia tak malah berharap dengan meningkatkan length of stay wisatawan ini, bisa dengan mengembalikan wisata budaya keraton sesuai dengan pakemnya. "Wisata keraton tidak hanya sebatas di keraton saja. Tapi, guide bisa menawarkan jalan kaki dari Tugu sampai dengan Kandang Menjangan atau Panggung Krapyak," lontar pemerhati budaya dari UGM ini.

Yuwono yang juga menjadi guru tari di keraton ini menjelaskan, guide seharusnya tak hanya berfungsi menjelaskan apa yang ditanyakan wisatawan. Mereka juga bisa menjadi salah satu corong untuk mempormosikan wisata budaya keraton.

"Ada dua karakteristik produk wisata yang diminati yakni memberikan nilai pengalaman dan memunculkan inspirasi baru. Dua unsur yang seharusnya ditekankan guide kepada wisatawan," tuturnya.

Jika wisata keraton yang dimulai dari Tugu sampai dengan Panggung Krapyak dapat terealisasi, menurutnya cukup menarik wisatawan. Lantaran, jalur ini memiliki yang sangat menarik. "Mulai dari sejarah dan filosofi, tata ruang, arsitektur, adat istiadat (upacara), tata busana, seni, ilmu sengkalan, bahasa bagongan, kuliner, dan ragam hias atau ornamen bangunan," terangnya.

Hal senada juga diakui KRT H Jatiningrat. Pria yang akrab disapa Romo Tirun ini mengakui jika tata ruang keraton lebih baik dari pada Thailand tradisional maupun China. "Ini sudah diakui berbagai wisatawan yang melakukan penelitian arkeologi di Jogja terutama keraton," paparnya. (eri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor