Kota Pendidikan Terancam?

HARIAN JOGJA: Tingginya angka ketidaklulusan Ujian Akhir nasional (UAN) baik SMA maupun SMP dinilai mengancam predikat Kota Jogja sebagai Kota Pendidikan. Kalangan DPRD meminta segera dilakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan yang selama ini diberlakukan.

“Predikat Kota Jogja sebagai Kota Pendidikan bisa saja pudar. Kelulusan SMP yang jeblok menjadi bukti bahwa pemberlakuan UAN bermasalah,” kata Rektor Universitas Sarjanawiyata (UST) Prof. Djohar kepada Harian Jogja, Jumat (8/5).

Menurut Djohar sistem dan proses UAN perlu ditinjau ulang, sebab didalamnya ada proses yang tak sehat. Terutama dari sudut kebijakan dan instrumen.

“Pasalnya, pelaksanaan UAN tidak menghargai proses belajar siswa SMP selama tiga tahun, tapi ditentukan dalam beberapa hari saja,” tambahnya.

Tetap bangga
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja Syamsury mengaku tetap merasa bangga meski angka ketidaklulusan UAN SMP di Kota Jogja mendapat peringkat kedua terbesar setelah Kabupaten Sleman.

“Saya tetap bangga dengan hasil UAN SMP kali ini. Meski angka ketidaklulusan meningkat, namun rata-rata nilai UAN di Kota Jogja meningkat dibandingkan tahun lalu yaitu sekitar 0,4,” papar Syamsury di kantornya.

Berdasarkan data dari Disdik Kota Jogja, rata-rata nilai UAN utama 2010 mencapai 28, 76 lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar 28,57. Rata-rata nilai UAN utama 2010 ini mendapatkan peringkat pertama dari kabupaten lain. Sementara itu, beberapa mapel UAN seperti Bahasa Indonesia dan IPA juga meningkat. Rata-rata Bahasa Indonesia dari 8,16 menjadi 8,19, dan IPA dari 6, 80 menjadi 7, 02.

Syamsury sepakat peningkatan persentase ketidaklulusan UAN 2010 perlu menjadi bahan evaluasi bersama. Artinya, seluruh pihak, baik pemerintah, sekolah, siswa, orangtua, maupun masyarakat perlu mengadakan perbaikan pada aspek pembelajaran di sekolah. Perbaikan ini meliputi sumber daya manusia, metode belajar, manajemen sekolah, dan sebagainya.

“Kami akan melakukan evaluasi peningkatan ketidaklulusan di Kota Jogja setelah UAN ulangan. Evaluasi tersebut akan dilakukan dengan mengundang kepala sekolah SMP di Kota Jogja,” tambahnya.

Teknologi sebagai penyebab
Beberapa sekolah menyatakan penggunaan teknologi seperti internet dan ponsel menjadi salah satu faktor tingginya ketidaklulusan siswa di Kota Jogja.

Kepala sekolah SMPN 5 Jogja, Suparno mengatakan penggunaan teknologi di kalangan siswa SMP khususnya dapat menganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Dicontohkan, setiap ada waktu untuk memegang ponsel, siswa selalu menggunakannya untuk bermain facebook, foto, games, dan sebagainya.

Kepsek SMP 15, Sukirno pun juga berpendapat jika penggunaan teknologi di kalangan siswa SMP cukup membawa pengaruh pada konsentrasi siswa. Saat ini, ada kecenderungan siswa tergantung dengan keberadaan teknologi, seperti ponsel dan internet. Parahnya lagi, orangtua juga kurang memberikan pengawasan terhadap anak.

“Angka ketidaklulusan yang tinggi untuk UAN 2010 ini dipegang oleh kota-kota besar. Ini disebabkan karena siswa di kota-kota besar sudah terpengaruh dengan teknologi. Namun faktor itu tidak menjadi satu-satunya penyebab ketidakberhasilan, perlu dikaji lagi faktor lainnya, seperti siswa, orangtua, dan lainnya,” papar Sukirno.

Selain teknologi, kualitas pengajaran guru disinyalir bisa menjadi salah satu faktor turunnya nilai UAN. Namun faktor siswa – input saat masuk sekolah – dan fasilitas juga berpengaruh.

“Semuanya bisa berpengaruh namun tentu tidak ada salah satu faktor yang menjadi penyebab utama [nilai UAN jatuh],” kata Zainal Fanani, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY, Jumat (7/5).

Segera evaluasi
Kalangan DPRD DIY gerah dengan jebloknya nilai UAN. Institusi tersebut meminta segera dilakukan evaluasi secara total.

“Dunia pendidikan DIY perlu dievaluasi secara total. Tujuannya untuk mengetahui penyebab secara komprehensif dan agar hal buruk ini tidak terjadi pada tahun berikutnya," kata Ketua Komisi D DPRD DIY Nuryadi,kemarin.

Dewan akan meminta pertanggungjawaban Dinas Pendidikan se-kota/ kabupatan, dengan memanggil para kepala dinas setelah UAN ulangan.

Tak bisa daftar RSBI
Siswa peserta UAN ulangan dipastikan tidak bisa mendaftar ke rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Sebab pendaftaran sekolah tersebut lebih cepat dibanding pengumuman ujian ulangan.

Ujian ulangan bagi siswa SMP dilaksanakan 17 – 20 Mei dan hasil ujian diumumkan 25 Juni 2010. Adapun rangkaian pendaftaran di RSBI sudah dilakukan sejak awal Mei. Nilai UAN menjadi syarat utama pendaftaran itu.

Suwardi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA 1 Bantul menguraikan pendaftaran di sekolahnya mulai 5 – 12 Mei. Saat mendaftar siswa diharuskan menunjukkan surat keterangan nilai UAN. Bila ijazah belum terbit siswa harus membawa surat keterangan UAN dari sekolah.

Baskara Aji, Kepala Bidang Perencanaan dan Standarisasi, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY mengaku tidak mengeluarkan aturan khusus penerimaan siswa baru di RSBI. Hanya edaran pusat membolehkan pendaftaran RSBI lebih cepat dibanding sekolah reguler.(ST11)

Oleh Miftakhul Ulum, Andreas Tri Pamungkas & Olivia Lewi Pramesti
Harian Jogja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor