Loundry Masih Gunakan Deterjen Tak Ramah Lingkungan

Harga Lebih Mahal
RADAR JOGJA - Terungkapnya loundry di Kota Jogjakarta yang tak menyalahi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) ternyata disebabkan berbagai masalah. Salah satunya harga deterjen ramah lingkungan yang tak murah. Ini menjadi salah satu hal yang sulit dipenuhi pengusaha loundry.

"Kalau untuk pembuatan pengolahan limbah secara mandiri, seluruh anggota kami sudah memenuhinya. Karena, itu termasuk syarat dari keluarnya izin usaha (HO). Hanya, soal deterjen kami masih sama dengan masyarakat. Belum menggunakan deterjen yang ramah lingkungan," kata Iwan Nugroho, Ketua Asosiasi Loundry Kiloan Jogjakarta (Alkijo), kemarin (25/5).

Dijelaskan Iwan, dari 25 outlet yang dimiliki 20 anggotanya, untuk pengolahan limbah sudah menggunakan sistem sumur resapan. Setiap resapan terdiri dari tiga sumur yakni sumur penyaring, sumur endapan, dan sumur pembuangan. Hasil dari limbah air cucian ini, sama seperti pembuangan limbang rumah tangga.

Namun, soal penggunaan deterjen ramah lingkungan pihaknya belum menggunakan. Alkijo, kata Iwan, masih kesulitan ketika harus menggunakan zat yang menghasilkan arang aktif ini. "Harganya terlalu mahal. Kalau kami memaksakan menggunakan deterjen ini, otomatis harganya pun naik tajam. Ini akan memberatkan konsumen," keluhnya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Jogjakarta Suyana, dihubungi Selasa (25/5) mengatakan, angka pengguna deterjen ramah lingkungan ini masih sangat rendah. Ini terjadi di loundry maupun masyarakat. Kesadaran akan bahaya deterjen yang merusak lingkungan ini juga belum dipahami masyarakat. Meski, soal ciri-ciri dan ketersediaan barang mudah didapatkan.

Diungkapkan Suyana, dari pantauan pihaknya baik loundry, tempat pencucian motor, dan salon masih banyak yang menggunakan deterjen ini. Tak ingin hal buruk ini berjalan di masyarakat, pihaknya pun akan melakukan sosialisasi pengujian limbah langsung. "Juni nanti kami akan uji seluruh limbah dari loundry, salon, dan pencucian kendaraan. Waktunya mungkin satu minggu sudah bisa keluar beserta rekomendasi bagi pemiliknya," ungkapnya.

Penggiat lingkungan dari Yayan Hijau, Ignatius Kendal menuturkan bahaya akan limbah sabun deterjen ini sebenarnya sangat berbahaya. Dampaknya, akan terasa pada air sumur yang melebihi batas normal 250mg/l. "Jika air deterjen ini sampai meresap ke tanah, tentu saja kadar normal air sumur juga menurun. Ini akan menimbulkan sakit diare, muntaber, dan sakit perut lain," tandas Kendal. (eri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir