Korban Tewas Merapi 32 Orang

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 31 orang tewas bersama hancurnya Dusun Kinahrejo akibat panas letusan Gunung Merapi, Selasa (26/10) petang. Satu korban lainnya adalah Ilham Azaki (6 bulan) dari Kecamatan Srumbung, Magelang, yang terpapar debu vulkanik.

Jenazah 30 korban ditemukan di Dusun Kinahrejo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, sedangkan satu korban lain meninggal setelah dievakuasi di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.

Camat Cangkringan Samsul Bakri mengatakan, sebagian besar korban tewas ditemukan di Kelurahan Umbulharjo. ”Kumpulan jenazah terbanyak memang ada di sekitar rumah Mbah Maridjan,” katanya.

Jumlah korban tewas terus bertambah karena ada kemungkinan masih ada jenazah yang tertimbun di reruntuhan rumah. Selain itu, terdapat pula 14 korban luka berat di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, dan puluhan korban luka ringan.

Petugas dari tim forensik RS Dr Sardjito bersama tim Disaster Victim Identification Polda DIY terus mengidentifikasi jenazah korban di RS Dr Sardjito. Tujuh jenazah teridentifikasi telah dibawa pulang keluarganya.

Sisa energi Merapi

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Rabu, mengatakan, sisa energi yang tersimpan di Gunung Merapi pascaerupsi masih belum diketahui.

Sisa energi ini menjadi kunci untuk mengetahui apakah krisis Merapi sudah lewat atau kondisi tenang pascaerupsi hanyalah jeda sebelum letusan baru. ”Aktivitas Merapi hari ini (kemarin) menurun sekali. Namun, itu tidak bisa menjadi patokan bahwa krisis sudah selesai. Kami masih mencoba memahami ’bahasa’ Merapi pascaerupsi ini,” kata Surono.

Surono memprediksi, energi erupsi Merapi lebih besar dibandingkan tiga letusan pada 2006, 2001, dan 1997. Awalnya, ia berharap energi itu terkikis karena terpakai saat proses menggugurkan lava. ”Ternyata, waktunya pendek sehingga energi yang dikeluarkan untuk guguran tidak terlalu banyak. Energi besar malah digunakan untuk letusan. Beri kami waktu untuk menganalisis apakah energi itu sudah habis atau masih ada yang tersisa,” katanya.

Karena kondisi itu, Surono menyatakan, Merapi masih berada dalam status Awas (tingkatan paling berbahaya). Penduduk yang berada pada radius 10 kilometer dari puncak Merapi belum diperkenankan kembali ke rumah masing-masing.

Saat letusan, Surono tidak bisa mencatat prosesnya karena kondisi lapangan tidak memungkinkan akibat gelap dan petugas yang dievakuasi. ”Satu hal yang jelas, awan panas terjadi yang menjadi ciri khas Merapi. Namun, kami belum mengetahui letusan itu keluar dari mana,” ujarnya.

Daya rusak Merapi, disimpulkan Surono, sangat tinggi dengan tingkat kerusakan luar biasa. ”Kemungkinan ada semacam letusan yang terarah ke selatan dengan daya rusak luar biasa dan membunuh. Suhu awan panas mencapai sekitar 600 derajat Celsius,” katanya.

Jenazah Mbah Maridjan

Informasi dari Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda DIY Agung Hadi Wijanarko, nama-nama korban meninggal sementara adalah Sarjiman (Desa Kepuharjo), Ny Puji Sarono (Pelemsari), Sarno U1tomo (Pelemsari), Tarno (Pelemsari), Yanto Utomo (Ngrangkah), Wahono Suketi (Kinahrejo), Iwan Nur Cholik (Kinahrejo), Sipon (Kinahrejo), Yuniawan Nugroho (Cibinong), Tutur (Bantul), Samidi (Kinahrejo), Imam (Kinahrejo), Ny Emi dan bayinya (Kinahrejo), Amdriyanto (Kinahrejo), Imam (Kinahrejo), Ny Sarworejo (Kinahrejo), Wiyono (Kinahrejo), Ngatiran (Kinahrejo), Bp Muji, Ny Pujo, dan Mursiyam.

Salah satu jenazah yang tercatat sebagai Mr X diduga sebagai jenazah Mbah Maridjan.

Agung Hadi Wijanarko mengatakan, sampel DNA jenazah Mbah Maridjan telah dikirim ke Jakarta. Hasil tes DNA itu akan menguatkan pembuktian. ”Dugaan bahwa jenazah itu Mbah Maridjan sudah lebih dari 90 persen, tapi masih butuh penguat,” ujarnya.

Berdasarkan data sekunder, jenazah tersebut memang cocok dengan Mbah Maridjan. Data sekunder itu, antara lain sarung kotak-kotak dan kemeja batik yang melekat pada jenazah. Selain itu, berdasarkan ciri fisik yang dicatat oleh Keraton Yogyakarta, dua ibu jari Mbah Maridjan bengkok mengarah keluar. Jenazah tersebut ditemukan di kamar mandi rumah Mbah Maridjan dalam posisi sujud.

Dihentikan

Evakuasi di Umbulharjo, Rabu pukul 10.30, dihentikan. Dusun Kinahrejo tertutup total selain untuk keperluan evakuasi. ”Aktivitas Merapi masih tinggi. Siang ini ada peningkatan sedikit,” kata Sekretariat Posko Umbulharjo Suryadi.

Kemarin, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas bersama sejumlah anggota DPD asal DIY, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, serta Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla datang menjenguk para pengungsi di Pakem, Kebupaten Sleman.

Sultan HB X menegaskan, belum perlu tanggap darurat ditetapkan terkait bencana erupsi Merapi. Salah satu alasannya adalah radius bencana hanya 10 kilometer. Penanganan bencana juga sudah dilakukan secara optimal.

”Rapat hari ini (hasilnya) adalah tidak mesti menetapkan tanggap darurat karena kondisi yang membahayakan hanya 10 km dari puncak,” ujar Sultan, menyarikan hasil rapat koordinasi penanganan erupsi Merapi di Pakem, Sleman, Rabu.

Menurut Sultan, yang terpenting sekarang adalah bagaimana pemerintah mengamankan masyarakat untuk mengungsi dan menjamin pelayanan selama dalam pengungsian, termasuk juga memberi pelayanan kesehatan. (ENG/IRE/WKM/ARA/PRA/MDN/DAY/NOW)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor