Gempa Pengaruhi Energi Merapi

YOGYAKARTA(SINDO) – Gempa tektonik yang terjadi di Yogyakarta kemarin diperkirakan bisa memengaruhi aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Dengan adanya gempa itu setidaknya akan membuka jalan magma lebih besar dari ukuran semula. Pengaruh tersebut akan terjadi bila pada tubuh, magma dan puncak gunung api mendapat getaran gempa.

Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Dr Eko Teguh Paripurno mengatakan, pengaruh akan lebih besar pada saat pematangan magma seperti sekarang ini. Setidaknya akan membuka jalan magma lebih besar dari ukuran semula. “Kalau rencana eksplosifnya akan lama, maka (dengan gempa) ini mempercepat”ujarnya.

Menurut Eko yang juga vulkanolog, hal ini justru membawa dampak positif bagi erupsi merapi.Penjelasannya, fase ini Merapi sedang melakukan pengumpulan energi namun paksaan dari goyangan gempa membuat energi tersebut terpaksa dilepaskan sebelum waktunya. Dari sisi risiko bencana, hal ini lebih menguntungkan.Karena terlontar saat volume material vulkanik dan energi belum terkumpul dalam jumlah besar.

“Tidak usah menunggu energi dan volume menjadi besar, sudah dilepaskan ini lebih baik,”ujar doktor penerima penghargaan Sasakawa Award for Disaster Reduction dari Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) pada tahun 2009 ini. Kemarin Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengonfirmasi terjadinya gempa tektonik berkekuatan 5,6 skala richter sekitar pukul 14.03 WIB.

Guncangan gempa paling besar dirasakan di wilayah Bantul dan Kota Yogyakarta dengan skala sekitar 3-4 Modified Mercalli Intensity (MMI). Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah terasa di Klaten sekitar 3 MMI, Banjarnegara dan Karangkates dengan skala 2 MMI. Pusat gempa diperkirakan ada pada titik 8,98 Lintang Selatan, 110,08 Bujur Timur. Sekitar 25 kilometer barat daya Bantul pada kedalaman 10 kilometer. “Pusat gempa berada di laut, tidak berpotensi tsunami karena masih di bawah 7 Skala Richter,” kata Bambang Subadio, staf Data dan Informasi,BMKG Yogyakarta.

Kepala Pemadam Kebakaran, Bencana dan Perlindungan Masyarakat (PKB Linmas) Sudarsono mengatakan, meski guncangan gempa cukup terasa namun ia memprediksikan tidak ada kerusakan yang terjadi di wilayah Kota Yogyakarta. “Hingga saat ini kami belum menerima laporan kerusakan apapun. Biasanya jika memang terjadi kerusakan kantor kami selalu langsung dihubungi. Lagipula bangunan yang ada sudah diperbaiki mengingat pengalaman 2006 lalu,”ujarnya.

Soal pengaruh gempa terhadap aktivitas Gunung Merapi,Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo mengatakan belum tercatat pengaruh langsung terhadap aktivitas seismic gunung tersebut. Bila terdapat pengaruh, maka biasanya akan langsung muncul luncuran awan panas. ”Tidak terpantau adanya awan panas sesaat setelah gempa tersebut. Bisa dikatakan gempa ini tidak berpengaruh secara langsung pada aktivitas Gunung Merapi,”ujarnya.

Namun demikian, dia mengakui ada kemungkinan gempa akan mempengaruhi aktivitas Gunung Merapi dalam jangka panjang.Peristiwa serupa juga pernah terjadi pada tahun 2006 lalu.Saat itu aktivitas vulkanik Gunung Merapi langsung meningkat signifikan setelah terjadi gempa besar pada tanggal 27 Mei 2006. Gunung ini menunjukan watak aslinya dengan mengeluarkan awan panas menewaskan dua orang relawan yang mencoba bertahan dalam bungker di pos pengamatan Kali Adem.

Gempa dengan kekuatan 5,6 SR yang terjadi di 125 Km barat daya Bantul sempat membuat warga kaget. Mereka berhamburan keluar rumah karena gempa yang terjadi dengan durasi dirasakan antara 2 sampai lima detik tersebut. Kemiyati, warga Kedon, Sumber Mulyo, Bambanglipuro menuturkan, dirinya sedang menggoreng rempeyek. Namun tiba-tiba rumahnya bergetar dan dia kaget.” Saya tinggalkan adonan rempeyek saya dan lari keluar dari dapur,” tuturnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ngadiman. Warga Gunungan Sumbermulyo, Bambanglipuro ini juga mengaku kaget dengan gempa yang cukup kuat dirasakan tersebut.” Saya sempat lari,namun sampai di teras gempa sudah berhenti,”ucapnya. Kendati akan memengaruhi letusan,kemarin aktivitas Gunung Merapi mulai menurun dibanding sehari sebelumnya.Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi ESDM masih mempertahankan status Merapi pada level IV atau awas.

Ratusan ribu meter kubik material terlihat menumpuk di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Merapi, sehingga berpotensi terjadinya banjir lahar dingin. Kepala Balai Penyuluhan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo mengatakan, dalam dua hari terakhir ini aktivitas Gunung Merapi mulai menunjukkan tren penurunan dibanding sebelumnya. Menurut dia, puncak letusan gunung bertipe Strato-volcano dengan diameter 28 kilometer (km) itu telah terlewati.

”Gunung Merapi sudah melewati fase paling berbahaya,namun masyarakat harus tetap waspada,” katanya, kemarin. Menurut dia, sejak Senin malam (8/11) aktivitas Gunung Merapi cukup tenang maski masih ada kemungkinan terjadinya letusan lagi.Namun,kata dia,diprediksi letusannya tidak sedahsyat pada 4- 5 November lalu. Menurut dia, letusan pada 2010 ini ditandai adanya puncak letusan eksplosif yang mencapai skala 4 dari skala 8 yang merupakan ukuran maksimal letusan gunung berapi. ”Skala 4 itu sudah memuntah lebih dari 100 juta meter kubik serta meluncurkan awan panas dengan ketinggian 10 kilometer,”ungkapnya.

Sementara itu, PVMBG Badan Geologi ESDM mencatat aktivitas Gunung Merapi sampai sore kemarin terjadi sekali gempa vulkanik, tiga kali gempa berfrekuensi rendah (LF),tremor beruntun,20 guguran, sekali awan panas meluncur dan tidak ada MP yang terdeteksi. ”Berdasarkan laporan di Ketep terdengar gemuruh dengan intensitas lemah kuat. Gemuruh cukup kuat terdengar disertai asap membumbung tinggi,”kata Kepala PVMBG Surono, kemarin. Surono mengatakan,intensitas Merapi mulai menurun dibanding hari-hari sebelumnya pascaletusan 26 Oktober lalu.

Dari pemangamatan CCTV masih tampak terjadi guguran lava yang mengarah ke Kali Gendol sebanyak dua kali dengan jarak luncur maksimal 800 meter. ”Kolom asap setinggi 1.500 meter juga terlihat,” imbuhnya. Dia menambahkan, ancaman sekunder Merapi adalah banjir lahar.Apalagi, kata dia, material vulkanik hasil erupsi maupun guguran kubah Merapi saat ini mengendap di sejumlah sungai yang berhulu di Merapi. ”Material di sepanjang alur sungai yang berhulu di Merapi semakin menumpuk,” katanya.

Staf Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Indah Retno Wulan mengatakan, selain masih banyak terdapat partikel debu, suhu udara di puncak Merapi cenderung tinggi karena aktivitas erupsi Merapi. ”Erupsi Merapi akan menjadikan tekanan udara lebih rendah dibanding daerah lainnya.Hal ini akan mempengaruhi pola atau arah angin yang cenderung bergerak ke puncak Merapi. Otomatis ini akan mempercepat munculnya hujan di wilayah puncak,”jelasnya.

Kemarin tim gabungan evakuasi, yang terdiri dari TNI,Polri, dan relawan, terus melakukan pencarian korban, letusan dan awan panas gunung Merapi,Jumat (5/11) lalu.Terutama di desa-desa yang dekat dengan Kali Gendol, Cangkringan. Salah satunya di Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo,Cangkringan. Dimana di dusun ini, berhasil melakukan evakuasi terhadap satu dari sembilan jenazah yang ada di lokasi tersebut. Jenazah tersebut, diduga warga setempat yang bernama Suroto, 40.

Jenazah sendiri, selanjutnya dikirim ke RSUP dr Sardjito untuk proses identifikasi. Namun evakuasi yang dimulai sejak pukul 06.00 WIB ini, bukan berarti tanpa ada halangan sama sekali. Sebab, meskipun untuk proses evakuasi cukup lancar, dan berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tapi, sebelum mencapai lokasi, ada beberapa hambatan yang harus dilalui oleh tim evakuasi. Dari pantauan,sepanjang jalan beraspal menuju lokasi evakuasi, masih tertimbun abu serta pasir setebal 0,5 meter.

Kondisi tanah juga sangat gembur. Sehingga jika tidak hati-hati dalam melangkah, maka tanah bisa ambrol dan kaki akan terasa panas. Beberapa tim evakuasi sempat terperosok.Selain itu, akses masuk dusun tersebut jugatidakmudah,sebabtidakdapat dilalui oleh kendaraan. Sehingga, untuk menembus rumah yang diduga ada korban, tim evakuasi harus melalui jalan setapak. (mn.latief/ridwan anshori/ ratih keswara/suharjono/priyo setyawan/ary wahyu w)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor