Listrik 'byar-pet' Rezeki Seret

HARIAN JOGJA: Kebiasaan Perusahaan Listrik Negara (PLN) soal listrik mati tanpa sebab belum hilang. PLN pun dianggap tidak menghargai hak para konsumen dan merugikan industri kecil-menengah.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jadin C Jamaludin mengatakan mati listrik selama lima menit sudah bisa merugikan pelaku bisnis industri skala kecil-menengah karena tidak memiliki genset sebagai pasokan listrik cadangan.

“Kerugiannya bisa sampai jutaan,” ungkapnya saat dihubungi Harian Jogja, Minggu (13/3) malam. Menurut Jadin, kerugian ditimbulkan dari matinya alat produksi yang kehilangan pasokan listrik.

Meski sudah memiliki genset, Jadin meyakini listrik byar-pet tetap merugikan industri skala besar karena mesin alat produksi membutuhkan waktu sebelum akhirnya digunakan dengan mengandalkan pasokan listrik dari genset.

“Misalkan tiba-tiba langsung mati. Mesin [alat produksi] butuh minimal lima menit untuk nyala lagi. Nah, selama lima menit itu industri [besar] sudah mengalami kerugian sampai ratusan juta rupiah,” paparnya.

Soal byar-pet, Jadin mengaku sudah berulang kali melapor langsung ke PLN tetapi sampai berulang kali pula PLN tetap belum bisa menghilangkan situasi listrik mati tanpa sebab bahkan tanpa pemberitahuan.

Pemilik SonicNet di daerah Condongcatur, Thomas Danang, mengaku suatu hari pernah merugi sampai Rp300.000 hanya karena listrik mati. “Jam tiga siang mati dan baru nyala jam sebelas malam,” ungkapnya.

Ketika disinggung soal pengumuman listrik akan padam, Thomas mengaku tidak ada. “Warnet ini berlangganan koran dan di koran itu sama sekali tidak ada pengumuman,” papar pemilik warung internet (warnet) itu.

Target tidak tercapai
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) DIY Jhonson Simbolon menegaskan listrik byar-pet dapat menganggu kelancaran produktivitas usaha sehingga target pencapaian hasil pada hari itu tidak tercapai.

“Kondisi itu bisa berimbas pada margin karena target tidak tercapai dan semakin sedikit atau keuntungan yang diperoleh, dapat menyebabkan pemutusan hubungan kerja,” ungkap Jhonson kepada Harian Jogja, kemarin.

Humas PT PLN (Persero) APJ Jogjakarta Reffy Sangi mengakui jika pemadaman listrik secara bergilir masih dilakukan di beberapa tempat karena ada beberapa faktor yang mengiringi. Faktor pertama karena kondisi cuaca yang buruk seperti sekarang ini.

Faktor kedua akibat masih adanya pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara berkala. Reffy pun menegaskan PLN berjanji di 2012 nanti intensitas pemadaman sudah berkurang terkait dengan perawatan dan PLN rencananya menerapkan world class service.

Namun, Humas PLN (Persero) APJ Jogja itu mengaku apabila beberapa waktu lalu Jogja diminta PLN pusat untuk mengurangi konsumsi listrik sampai 11 MVA karena ada gangguan di pembangkit di Jakarta.

“Dan soal pemadaman tentunya ada pemberitahuan sebelumnya berupa surat. Masyarakat juga bisa mengakses informasi melalui call center 123,” ungkapnya pekan lalu. Reffy menjelaskan pasokan listrik untuk DIY mencapai 646 MVA.

Beban puncak antara pukul 17.00 WIB dan 22.00 WIB yang mencapai skala 320 MVA sedangkan beban di siang hari sebesar 210 MVA. Praktis, kuota listrik yang terpakai untuk masyarakat DIY sekitar 500-an MVA.

Menurut Reffy, dengan kuota peaking sebesar itu, maka DIY masih memiliki cadangan operasional sebesar 110 MVA. “Dengan adanya cadangan ini tentunya pasokan listrik masih aman,” katanya.

PLN antikritik
Meski sudah ditegaskan oleh PLN pasokan listrik di DIY aman, Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) tetap menyoroti kinerja PLN yang antikritik membuat perusahaan pemasok listrik di Indonesia itu tidak maksimal dalam memberikan layanannya ke masyarakat.

Ketua LKY Widijantoro mengungkapkan pihaknya sering mengkritik sikap PLN yang masih tidak menghargai hak-hak konsumen untuk mendapatkan pelayanan maksimal. Dia mencontohkan soal hak informasi mengenai pemadaman yang akan dilakukan PLN.

“Jelas ini sebuah pelanggaran jika PLN tidak menginformasikan masalah pemadaman kepada konsumen karena hak informasi konsumen dilanggar,” tandasnya kepada Harian Jogja, Minggu kemarin.

Widijantoro menambahkan PLN selalu memberikan jawaban normatif soal ketidakberdayaannya jika terjadi kerusakan yang menyebabkan pada padamnya listrik. Selama inipun PLN seakan menjadi institusi yang kebal terhadap kritik.

Ironisnya, tambah Widi, masyarakat sampai kini hanya memaklumi setiap kali haknya dilanggar PLN. Dia menilai kesadaran kritis konsumen untuk melindungi hak-haknya di kalangan masyarakat di DIY masih rendah.

Kondisi itu terbukti dari jumlah pengaduan soal layanan PLN terhadap kerugian yang dirasakan, angkanya sedikit dan tidak sebanding dengan kuantitas penduduk DIY. “Rata-rata perbulan hanya 10 aduan saja. Ya, saya rasa, perlu dibangun kesadaran hak-hak konsumen,” ucap dia.

Tidak bertanggung jawab
Manajer PT PLN Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bantul Priyatna menegaskan turunnya tegangan tidak bakal mengganggu alat elektronik. Namun, pada musim penghujan yang disertai petir kali ini pelanggan perlu menggunakan stabilizer karena tegangan tak stabil atau naik turun.

Menurut dia, pihaknya telah melakukan sosialisasi akan hal tersebut melalui Pemkab Bantul. Jika ada kerusakan barang listrik, pihaknya tidak tanggung jawab. “Makanya kami sarankan dengan stabilizer,” pintanya.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas, Abdul Hamid Razak & Martha Nalurita)

Translate using google translate maybe need more correction

Electricity 'up-down' Sustenance Drag

YOGYAKARTA: Habits of the State Electricity Company (PLN) electricity about to die without reason has not lost. PLN was deemed not respect the rights of consumers and detrimental to small-medium industries.

Chairman of the Indonesian Textile Association (API) Jadin C Jamaludin said the power failure for five minutes can hurt small businesses, medium-scale industries because they do not have a generator as backup power supplies.

"The disadvantage can be up to millions," he said when contacted Harian Jogja, Sunday (13 / 3) evening. According Jadin, losses arising from the demise of production tools that lost electricity supply.

Although already has a generator, electrical believe Jadin byar fixed-pet industry adverse large scale because of machine tool production takes time before it eventually be used by relying on electricity supply from the generator.

"Suppose that suddenly died instantly. Machine [means of production] need a minimum of five minutes for the flame again. Well, for five minutes that industry [big] already suffered damage to hundreds of millions of dollars, "he explained.

Problem byar-pet, Jadin repeatedly admitted that he had reported directly to the PLN, but to also repeatedly PLN still could not eliminate the situation of power failure without cause even without notice.

SonicNet owners in the area Condongcatur, Dana Thomas, admitted one day never to lose up to 300,000 just because of power failure. "At three new glow during the dead and eleven o'clock," he said.

As alluded to an announcement about the electricity goes out, Thomas said he did not exist. "This cafe subscribing newspapers and in newspapers that there was no announcement," said the owner of internet cafes (cafe) it.

Target not achieved
Chairman of the Indonesian Young Entrepreneurs Association (Hipmi) DIY electric affirm Jhonson Simbolon byar-pet can disturb the smooth running of business productivity so that the target of achieving results that day was not achieved.

"Conditions that could impact on the margin because the target was not achieved and the fewer or profits, can lead to termination of employment," said Johnson told Harian Jogja, yesterday.

Public Relations of PT PLN (Persero) APJ Jogjakarta Reffy Sangi admitted if rotating blackouts have been made in some places because there are several factors that accompany. The first factor due to bad weather conditions like today.

The second factor due to the persistence of maintenance and maintenance performed regularly. Reffy also emphasized PLN promised in 2012 has reduced the intensity of outages related to maintenance and PLN plans to apply world class service.

However, PR PLN (Persero) APJ Jogja was admitted when asked some time ago Jogja PLN center to reduce power consumption by up to 11 MVA because there is an interruption in power in Jakarta.

"And of course there are notices about outages before the form letter. Public can also access information through the call center 123, "he said last week. Reffy describes power supplies for DIY reach 646 MVA.

Peak between 17.00 pm and 22.00 pm to reach scale of 320 MVA in the afternoon while the load of 210 MVA. Practically, the unused quota of electricity to the community of DIY around 500 MVA.

According Reffy, peaking with a quota for it, then DIY is still operational reserves amounting to 110 MVA. "With this reserve power supply must still secure," he said.

PLN antikritik
Though already confirmed by the PLN power supply in safe DIY, Yogyakarta Consumer Organization (LKY) still highlights the performance of PLN that antikritik make electricity supply companies in Indonesia was not optimal in providing services to the public.

LKY Widijantoro Chairman expressed his party often criticized PLN attitude that still does not respect the rights of consumers to obtain optimal service. He gave an example about the right to information about outages will be conducted by PLN.

"Clearly this is a violation if PLN did not inform consumers because the problem cuts to the consumer information rights are violated," he said to the Daily Yogyakarta on Sunday.

Widijantoro add PLN always give normative answers about powerlessness in the event that causes damage to the electrical padamnya. During PLN even this was as a institution is immune to criticism.

Ironically, added Widi, the community until now only excuse every time rights have been violated by PLN. He considered critical awareness of consumers to protect their rights in the society at DIY are still low.

The condition is evident from the number of complaints about PLN service against the perceived loss, the figure is small and not proportional to the quantity of the population of DIY. "On average, only 10 complaints per month only. Yes, I think, need to build awareness of consumer rights, "he said.

Not responsible
PT PLN Unit Manager Network Services (UPJ) Bantul Priyatna asserted voltage drop would not interfere with electronic equipment. However, in the rainy season is accompanied by lightning this time customers need to use a stabilizer because the voltage was stable or up and down.

According to him, his side will have to disseminate it through the regency of Bantul. If there is damage to electrical goods, it is not the responsibility. "Hence, we recommend that the stabilizer," he said.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor