Bandara Pasti Pindah ke Kulonprogo

YOGYAKARTA – Wacana pemindahan Bandara Adisutjipto Yogyakarta akhirnya final. Pemerintah pusat dan provinsi memastikan bandara internasional ini akan digeser ke Kabupaten Kulonprogo.

Namun soal lokasi persisnya,hingga kemarin masih dirahasiakan. Yang jelas,lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan bandara baru tersebut mencapai 350 hektare. Lahan itu merupakan tanah milik Paku Alaman (PA) Ground. Sebelum ada kepastian ini, lokasi yang menjadi alternatif selain Kulonprogo adalah Gunungkidul.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, sampai saat ini lokasi baru masih perlu disurvei lebih lanjut. Pihaknya akan melakukan studi lebih lanjut setelah melakukan pra studi dengan investor dari Republik Ceko.“Yang jelas di Kulonprogo,” katanya usai penandatanganan naskah kerjasama atau MoU Penelitian Pengembangan Bandara dengan PT Angkasa Pura di Kepatihan Yogyakarta, kemarin.

Proses penelitian diperkirakan membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Setelah itu, pekerjaan fisik akan dimulai. Sultan menegaskan, penandatanganan kesepakatan bersama ini merupakan langkah strategis karena melihat kondisi Bandara Adisutjipto yang saat ini sudah begitu padat.

Dalam waktu lima tahun ke depan, Bandara Adisutjipto diperkirakan sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang. Menurut Sultan,jika kondisi bandara di DIY saat ini tidak diikuti dengan pengembangan, maka berdampak negatif dengan persaingan dan pertumbuhan ekonomi regional. Padahal bandara mempunyai peran strategis menjadi gerbang ekonomi regional untuk membawa dunia ke Yogyakarta dan sebaliknya. “Bandara merupakan pintu gerbang masuknya perdagangan dan pariwisata untuk memacu perdagangan, investasi yang memiliki efek domino tourism, trade and investment (TTI).Termasuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi regional,” ujar Sultan.

Bupati Kulonprogo Toyo Santoso Dipo juga masih belum bersedia menyebutkan secara pasti lokasi yang akan menjadi area pembangunan bandara. Dia hanya memastikan lahan yang digunakan merupakan tanah PA Ground seluas 350 hektare. “Lokasinya mana, nanti saya malah mendahului Ngarso Dalem (Sri Sultan HB X). Yang jelas, saat ini kami sedang melakukan persiapan bersama dengan Pemprov DIY dan pusat serta kesiapan psikologi masyarakat di sekitar,” ungkapnya. Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Tommy Soetomo menjelaskan,kondisi Bandara Adisutjipto dalam kurun 5- 10 tahun ke depan akan mengalami pertumbuhan rata-rata penumpang sampai 10% per tahun.Hal ini menimbulkan kekurangan kapasitas dan fasilitas bandara antara lain terminal, runway, taxiway, apron dan parkir kendaraan.

Dari sisi jumlah, pada 2010 saja penumpang domestik mencapai 3.488.500 orang dan penumpang internasional 206.500 orang.Sedangkan luas terminal domestik dan internasional yang ada saat ini hanya cukup untuk 1.050.000 penumpang per tahun. “Artinya, dengan kondisi ini,tingkat penggunaan terminal saat ini sudah mencapai lebih dari 300% atau jumlah penumpang yang ada sudah tiga kali lipat dari kapasitas terminal yang ada,”jelasnya. Dia menambahkan, faktor pertumbuhan jumlah penumpang dan kargo (ekspor-impor) juga menuntut peningkatan kapasitas bandara agar dapat melayani pesawat udara seri Boeing 767-300.

“Diharapkan bandara baru ini nantinya dapat cukup untuk kapasitas penumpang sampai 10 tahun ke depan,” katanya. Tommy mengungkapkan, sejauh ini dari 13 bandara yang dikelola Angkasa Pura I, tingkat pertumbuhannya mencapai 12% di Asia Pasifik. Ini merupakan angka yang tinggi di dunia termasuk wilayah Yogyakarta yang dalam lima tahun ke depan memiliki peningkatan 9,7% melebihi pertumbuhan ekonomi. “Presiden sudah mencanangkan master plan pertumbuhan ekonomi,Yogyakarta termasuk dalam episentrum pertumbuhan ekonomi melalui segi konektivitas melalui perhubungan dan transportasi,” jelasnya.

Direktur Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bambang Cahyono mengatakan, peningkatan jumlah penumpang di Bandara Adisutjipto yang mencapai 3,4 juta orang pada 2010 tersebut perlu adanya kajian bandara baru.“Karena Bandara Adisutjipto sudah tidak memungkinkan lagi dikembangkan. Bandara baru akan menjadi sarana alih moda transportasi baru dan plan effect titik tolak pelayanan bandara dalam mengantisipasi peningkatan penumpang,”ujarnya.

Berdasarprastudikelayakan yang dilakukan perusahaan Mc Donald, Ceko, ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) KulonprogoBudi Wibowo,kawasan pesisir selatan adalah lokasi paling memungkinkan dibangun bandara. Namun untuk lokasi pastinya, masih harus menunggu hasil akhir studi kelayakan. Beberapa lokasi pesisir yang memungkinkan antara lain di Bugel, Garongan dan Congot. ridwan anshori/kuntadi

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Definitely Airport Moving to Kulonprogo

YOGYAKARTA - Yogyakarta Adisutjipto Airport transfer Discourse finally final. The central government and provinces to ensure the international airport will be shifted to the District Kulonprogo.

But about the exact location, until yesterday still a secret. Clearly, the land needed for construction of the new airport reached 350 hectares. Land is land owned by Paku Alaman (PA) Ground. Before there is this certainty, that an alternative location other than Kulonprogo is Gunungkidul.

Yogyakarta Governor Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X said that, until now the new location still needs to be further surveyed. It would conduct further studies after pre studies with investors from the Czech Republic. "What is clear in Kulonprogo," he said after the signing of collaboration agreement or MOU with the International Development Research PT Angkasa Pura in Kepatihan Yogyakarta, yesterday.

The research process estimated to take about two years. After that, the physical work will begin. Sultan emphasized that the signing of the collective agreement is a strategic move because the condition Adisutjipto Airport which is now so solid.

Within the next five years, estimated Adisutjipto Airport was no longer able to accommodate passenger capacity. According to Sultan, if the condition of the airport in Yogyakarta is not followed by the development, then the negative impact of competition and regional economic growth. Though the airport has become a strategic role in regional economic gateway to bringing the world to Yogyakarta and vice versa. "Airport is the gateway entrance to spur trade and tourism trade, investment that has a domino effect tourism, trade and investment (TTI). Including to encourage regional economic growth," said Sultan.

Regent Kulonprogo Toyo Santoso Dipo also still not willing to mention the exact location will be the area of ​​airport development. He was just ensuring that land use is a land area of ​​350 hectares PA Ground. "The location where, later I was even ahead of Ngarso Dalem (Sri Sultan HB X). What is clear, we are currently doing preparation together with the Provincial Government of DIY and psychological readiness center and the community around, "he said. President Director of PT Angkasa Pura I (Persero) Tommy Soetomo explained, conditions Adisutjipto Airport in the next 50-10 years will experience an average passenger growth to 10% per tahun.Hal has led lack of capacity and airport facilities including terminals, runways , taxiway, apron and parking of vehicles.

Of the total, domestic passengers in 2010 alone reached 3,488,500 persons and 206,500 international passengers orang.Sedangkan extensive domestic and international terminals are currently only enough for 1.05 million passengers per year. "That is, with this condition, the current level of use of the terminal has already reached more than 300% or the number of passengers that there are already three times the capacity of existing terminals," he explained. He added, growth factors number of passengers and cargo (exports-imports) also require increased capacity to serve the airport for Boeing 767-300 series aircraft.

"This new airport is expected later on can be enough to passenger capacity up to 10 years ahead," he said. Tommy said, so far from the 13 airports managed by Angkasa Pura I, the growth rate reached 12% in Asia Pacific. This is a high rate in the world including the Yogyakarta region in the next five years has increased 9.7% over economic growth. "The president has launched a master plan for economic growth, Yogyakarta is included in the epicenter of economic growth through terms of connectivity through communications and transportation," he explained.

Director of Civil Aviation Ministry of Transport (Kemenhub) Bambang Cahyono said the increase in the number of passengers at the airport Adisutjipto which reached 3.4 million people in 2010, it is necessary to study the new airport. "Because Adisutjipto Airport was no longer possible to be developed. The new airport will become a new means of transportation over and effect the starting point of service plan in anticipation of increased passenger airport, "he said.

Based on the pre-feasibility study by the company Mc Donald, Czech Republic, said the Regional Secretary (Secretary) Kulonprogo Budi Wibowo, southern coastal region is the most probable location of the airport built. But for the exact location, still have to wait for the final feasibility study. Some coastal locations which allows, among others, in Bugel, Garongan and Congot. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor