Tolak SBY, Puluhan Warga Yogya Siapkan Ketapel dan Panah

Yogyakarta - Puluhan warga Yogyakarta tergabung dalam Sekber Penetapan menggelar aksi menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka menyiapkan ketapel dan panah sebagai simbol penolakan dan pengusiran SBY di Yogyakarta.

Aksi sore ini digelar di pintu gerbang Alun Alun Utara di Gapura Pangurakan di Jl Trikora atau sekitar 300 meter dari Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta. Massa dari Sekber Keistimewaan DIY itu membawa bendara lambang Negari Ngayogyakarto Hadinigrat. Mereka juga membawa tiga buah spanduk bertuliskan "Liwat Plintheng, Usir SBY dari Yogyakarta, Sak Dumuk Bathuk Senyari Bumi."

Sebagai simbol penolakan dan pengusiran SBY yang rencananya akan menginap di Gedung Agung Yogyakarta selama 2 malam itu, massa juga menyiapkan ketapel (plintheng) dan pasukan srikandi Mataram yang membawa senjata panah. Selama aksi berlangsung massa meneriakkan yel-yel "SBY No, Penetapan Yes."

Aksi diawali dari Ringin Kurung Alun Alun Utara menuju simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta. Namun oleh aparat keamanan massa dihadang oleh puluhan aparat Poltabes Yogyakarta. Polisi tidak mengizinkan massa menggelar aksi di simpang empat Kantor Pos Besar yang berjarak 150 meter dari Gedung Agung. Alasannya tempat tersebut sudah masuk Ring 1 pengamanan presiden.

Massa akhirnya hanya bisa berorasi di utara Alun Alun atau di depan pintu gerbang Pangurakan Jl Trikora. Sedikitnya 2 lapis aparat kepolisian bersiaga dan berjaga agar massa tidak mendekat. Sedangkan di sekitar Simpang Empat Kantor Pos Besar sudah dijaga aparat TNI bersenjata lengkap.

Koordinasi aksi Widihasto dalam orasinya mengatakan selama tahun 2009 dan 2010 presiden SBY telah mengeluarkan dua kali pernyataan yang membuat sakit hati warga Yogyakarta. Pertama tahun 2009, SBY mengatakan rangkap jabatan itu hanya ada di pentas ketoprak. Kedua tahun 2010, SBY mengatakan Yogyakarta sebagai monarkhi yang bertabrakan dengan demokrasi.

"Ini sungguh membuat sakit hati rakyat Yogya. Selain itu, macetnya pembahasan RUUK Yogya di DPR adalah Partai Demokrat," kata Hasto.

Untuk mengekspresikan dan simbol pengusiran kedatangan SBY yang akan menghadiri pelantikan Prasetya Perwira (Praspa) TNI 2011 itu, massa yang membawa senjata ketapel dan panah kemudian berjongkok seolah-olah membidik sasaran ke arah utara Gedung Agung. Namun ketapel dan panah itu tidak dilengkapi batu. Sedangkan senjata panah hanya busur dan anak panah tanpa dilengkapi tali busur.

"Ini gaya kawula Mataram yang menolak SBY datang ke Yogya dengan melontarkan ketapel dan anak panah ke arah pesawat SBY yang mau mendarat," kata Hasto.

Meski demo dibumbui aksi teatrikal, namun aparat tampak serius dan tetap tidak memperbolehkan massa bergerak ,mendekati Gedung Agung. Koordinator aksi juga sempat bernegosiasi dengan Kapoltabes Yogyakarta, Kombes Mustaqim. Takut kecolongan, aparat kepolisian membuat pagar betis pengamanan di tengah Jl Trikora dengan ketat.
(bgs/mad)

Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Reject SBY, Dozens Prepare Residents Yogya catapults and arrows

Yogyakarta - Yogyakarta Dozens of residents joined in the Joint Secretariat Determination staged reject the arrival of President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). They set up catapults and arrows as a symbol of rejection and expulsion Yudhoyono in Yogyakarta.

Action was held this afternoon at the gates of the North Gate Alun Alun Pangurakan on Jl Trikora or about 300 meters from the Palace of Yogyakarta State of the Great House. The masses of the Joint Secretariat Privileges DIY symbol that brings bendara Negari Ngayogyakarto Hadinigrat. They also carry three banners reading "sodomy Plintheng, SBY Banish from Yogyakarta, Sak Dumuk Bathuk Senyari Earth."

As a symbol of rejection and expulsion Yudhoyono is scheduled to be staying at the Great House Yogyakarta for 2 night, the mob also set up catapults (plintheng) and heroine Mataram forces carrying weapons arrows. During the ongoing mass action chanting "No SBY, Determination of Yes."

Action starts from Alun Alun ringin Brackets north to the intersection of four Post Office in Yogyakarta. But by the security forces confronted by dozens of officers masses Poltabes Yogyakarta. The police did not allow the masses staged at the intersection of four Post Office within 150 meters of the Great House. The reason the place is already in. Ring a presidential security.

Massa ended up just could berorasi north Alun Alun at the door or gate Pangurakan Trikora Jl. At least 2 layers of police on alert and on guard so that the masses are not approached. While around Simpang Empat Post Office was kept fully armed military forces.

Coordination of action in his speech said Widihasto during 2009 and 2010 President Yudhoyono has issued two statements are made hurt the people of Yogyakarta. First in 2009, Yudhoyono said the dual job only in the stage ketoprak. Second in 2010, Yudhoyono said in Yogyakarta as the monarchy which collides with democracy.

"It really makes the hurt the people of Yogyakarta. In addition, the breakdown of Yogya RUUK discussion in the House are Democrats," said Hasto.

To express the expulsion of the arrival of SBY and symbols that will attend the inauguration Prasetya Officer (Praspa) TNI 2011, the carrying of weapons of mass catapults and arrows then crouched as if aiming for the target to the north of the Great House. However, slingshots and arrows were not equipped with a stone. While the weapon is only an arrow without a bow and arrows equipped with the bowstring.

"This style of subjects who refused SBY Mataram came to Yogyakarta by catapult catapults and arrows at the aircraft landed SBY wants," said Hasto.

Although the demo seasoned theatrical action, but officials seem serious and still not allow the moving mass, near the Great House. Coordinator of the action also had to negotiate with Kapoltabes Yogyakarta, Sr. Mustaqim. Scared missed, the police made a posse of security amid tight Trikora Jl.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor