Merapi Akhirnya Kembali Normal

Yogyakarta - Status Gunung Merapi akhirnya kembali menjadi Normal. Hal ini sekaligus menandai selesainya fase erupsi yang terjadi sejak tahun 2010 di gunung yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

"Status mulai saat ini menjadi normal, karena sudah tidak ada gejolak dan aktivitas di puncak maupun di bagian perut Merapi," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Subandriyo di kantornya Jl Cendana, Yogyakarta, Jumat (16/9/2011).

Dia mengatakan dengan diturunkan status tersebut menjadi normal berarti fase erupsi pada bulan Oktober dan November 2010 sudah selesai. Berdasarkan kajian dari BPPTK, kegempaan sudah tidak bergejolak lagi. Deformasi atau penggembungan tubuh gunung hampir tidak ada atau nol. Kubah lava di puncak juga sudah tidak mengalami perubahan.

"Terakhir guguran lava yang terjadi bukan diakibatkan faktor internal," katanya.

Menurut Subandriyo, aktifitas kegempaan sudah rendah. Akumulasi tekanan di tubuh Merapi sudah tidak ada lagi. Kubah lava pun sudah stabil dan menunjukkan proses erupsi Merapi 2010 telah selesai.

"Kami menurunkan status menjadi normal karena ancaman bahaya primer dari Gunung Merapi sudah menurun. Aktivitas Merapi sudah seperti sedia kala," kata Subandriyo.

Meski demikian kata dia, pihaknya mengingatkan mengenai adanya ancaman material Merapi yang ada di kawasan puncak masih ada ratusan juta meter kubik. Material yang turun baru sekitar 30-an persen. Dengan demikian bila musim penghujan tiba, ancaman banjir lahar masih bisa mengancam terutama di Kabupaten Magelang, Sleman, Boyolali dan Klaten.

"Meski pasir terus ditambang, kita harus tetap waspada bila musim hujan tiba. Banjir bisa mengancam para penambang dan warga yang tinggal di aliran sungai seperti Gendok, Opak, Kuning, Woro, Krasak dan lain-lain," katanya.(gds/fay)

info komputer
Translate Using Google Translate May Need Grammar Correction

Merapi Finally Back Normal

Yogyakarta - Mount Merapi status eventually returned to Normal. This also marks the completion phase of eruptions that occurred since 2010 in the mountains located on the border of Central Java and Yogyakarta Special Region.

"The status of starting now become normal, because there is no turbulence and activity in the peak of Merapi and in the abdomen," said Head of Investigation and Technological Development Kegunungapian (BPPTK), Jl Cendana Subandriyo in his office, Jakarta, Friday (16 / 9 / 2011).

He said with a lowered status becomes normal mean phase of the eruption in October and November 2010 had been completed. Based on the study of BPPTK, seismicity was no longer volatile. Deformation or swelling of the body of the mountain is almost non-existent or zero. Lava dome at the top also has not changed.

"The last lava that occurred not due to internal factors," he said.

According Subandriyo, seismic activity was low. Merapi pressure accumulation in the body no longer exists. Lava dome was already stable and shows the process of eruption of Merapi in 2010 has been completed.

"We lowered the status to be normal because the primary threat from Mount Merapi has been declining. Merapi activity was as usual," said Subandriyo.

Nevertheless he said, it reminded of the threat of material that is in the region of Merapi summit there are still hundreds of millions of cubic meters. Materials are down only about 30-an per cent. Thus when the rainy season arrives, the threat of flood lava could still be threatened, especially in Magelang District, Sleman, Boyolali and Klaten.

"Although the sand continues to be mined, we must remain vigilant when the rainy season arrives. Flooding can threaten the miners and people living in watersheds such as Gendok, Opak, Yellow, Woro, Krasak and others," he said.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor