Biaya Hidup Mahasiswa Naik 50%

YOGYAKARTA– Biaya hidup mahasiswa di Yogyakarta naik tajam. Untuk jenjang S-1, kebutuhan hidupnya mencapai Rp1,74 juta atau meningkat 50% dibanding periode 2008.

Selain untuk memenuhi kebutuhan pondokan dan konsumsi, biaya rekreasi dan hiburan juga cukup tinggi. Mahasiswa banyak memberikan kontribusi bagi pendapatan domestik regional bruto (PDRB) DIY. Ketua Pusat Studi Ekonomi keuangan dan Industri LPPM UPN Veteran Yogyakarta Ardito Bhinardi mengatakan kenaikan biaya mahasiswa terjadi di semua jenjang studi, baik diploma, S-1 ataupun di jenjang S-2.

Untuk program diploma 4 naik dari Rp1,20 juta/bulan di 2008 menjadi Rp1,64 juta. Begitu juga S-1 dari Rp1,16 juta/bulan menjadi Rp1,74, dan S-2 dari Rp2,18 menjadi Rp2,37 juta. ”Kenaikan ini dipicu kenaikan biaya makan minum dan pondokan,” ungkapnya pada Paparan Survei Biaya Hidup Mahasiswa DIY pada 2012 yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Yogyakartabersamadengan UPN Veteran Yogyakarta kemarin.

Kenaikan mencolok juga terjadi pada variabel biaya rekreasi dan hiburan naik dari Rp80.000 menjadi Rp138.000. Selain itu,biaya telepon seluler (ponsel), transportasi, dan kebutuhan pendidikan seperti alat tulis dan buku. Internet juga menjadi variabel utama yang diperlukan mahasiswa. Ardito mengungkapkan,biaya hidup mahasiswa asal Sulawesi paling tinggi dibanding daerah lain.

Setiap bulan kebutuhan mahasiswa mencapai Rp2,61 juta,disusul Kalimantan Rp2,13 juta, Indonesia Timur Rp2,05 juta, serta Sumatera Rp1,8 juta.Adapun mahasiswa asal Jawa paling rendah hanya sekitar Rp1,6 juta. ”Mungkin banyak warga Sulawesi yang kaya, sedangkan di sini biaya hidup lebih murah,”ujarnya.

Di sektor transportasi, mayoritas mahasiswa menggunakan sepeda motor dengan persentase 80% dan hanya 1% yang menggunakan mobil. Kendaraan yang dipakai kebanyakan dibawa dari daerah asal 62% dan 38% dibeli di Yogyakarta. Sementara yang memanfaatkan sarana umum seperti bus turun tinggal 2% saja. ”Ponsel Nokia paling diminati 43%, disusul BlackBerry 21% dengan provider yang diminati Indosat,”papar Ardito.

Sementara itu, peneliti senior Bank Indonesia Yogyakarta Djoko Raharto mengutarakan peran mahasiswa sangat sentral dalam perekonomian di DIY. Setiap bulan para mahasiswa ini mengeluarkan biaya hidup hingga Rp423,8 miliar. Biaya ini memberikan kontribusi terhadap PDRB DIY sekitar 9,82%. ”Mahasiswa ini banyak memberikan peluang usaha,dari kuliner,jasa hingga sektor ekonomi lainnya,” katanya.

Survei dilakukan dengan mengambil sampel 500 mahasiswa dari perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Mereka diambil dengan kuota sampling model kuesioner dan interviu. Menanggapi hal ini,Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) V DIY Kasiyarno menilai perlu ada tindak lanjut dari hasil survei. Kenaikan itu akan membuat miring tentang pendidikan yang ada di Yogyakarta.

Kesan mahal membuat orang tua berpikir dua kali untuk menyekolahkan anaknya di Yogyakarta. Padahal dibandingkan daerah lain di Indonesia,biaya hidup ini jauh lebih murah. Survei akan lebih bagus bila menggunakan range biaya. Dengan cara ini bisa diketahui berapa biaya yang paling rendah yang masih bisa diakses. ”Ini harus ditindaklanjuti dengan beberapa analisa lain,”ujarnya.

Di Jakarta pada 2011 lalu biaya hidup mahasiswa sekitar Rp800.000–1,95 juta.Yogyakarta antara Rp500.000–1,3 juta, dan di Bandung Rp800.000–1,6 juta. ”Biaya hidup di Yogyakarta tetap paling murah,” ungkap dosen Fakultas Ekonomi UGM Edi Purnawan. kuntadi

Sumber : Seputar Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor