Mobilitas di Bandara Picu DBD
RADAR JOGJA (SLEMAN) - Tingginya angka pasien demam berdarah dengue (DBD) di Sleman, diduga karena mobilitas yang tinggi di Bandara Adisutjipto. Mobilitas yang cukup tinggi itu sangat memungkinkan terjadinya persebaran virus DBD.
"Mobilitas yang tinggi di bandara, baik kedatangan maupun kepergian, sangat sulit untukmengontrol asa muasal seseorang," kata Kepala Puskesmas Depok I dr Omar Indroyono pada acara Pembinaan Kelompok Kerja Penanggulangan (Pokjanal) DBD di Pendopo Kecamatan Depok, kemarin. Omar menduga, virus tersebut dibawa oleh orang yang berasal dari kawasan endemis tinggi. "Orang yang berasal dari endemis tinggi ini sudah membawa virus, dan bisa menularkannya kepada setiap orang. Sebab, nyamuk aedes aegypti bisa mengikuti orang tersebut dan terbang menggigit orang lain," terangnya.
Omar juga memaparkan data pasien DBD di Puskesmas Depok I yang meliputi Desa Caturtunggal dan Desa Maguwoharjo. Pada 2007, terdapat 161 kasus DBD, dengan dua korban meninggal dunia. "Tahun 2008 sampai dengan Maret ini terdapat 33 kasus DBD, dengan satu korban meninggal dunia," jelasnya.
Sementara Puskesmas Depok II yang wilayah kerjanya di Desa Condongcatur, tahun 2007, terdapat 57 kasus DBD dengan dua korban meninggal dunia. "Untuk 2008 terdapat 21 kasus DBD, tidak ada yang meninggal," tuturnya
Terpisah, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Sleman dr Mafilidati Nuraini menilai, kesadaran masyarakat dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Banyak warga yang lebih memilih fogging untuk memberantas nyamuk penyebab DBD.
"Padahal DBD merupakan penyakit yang disebarkan oleh virus. Nyamuk hanyalah menjadi perantara persebaran dari penyakit yang masih dianggap mematikan ini," ungkapnya. (oto)
"Mobilitas yang tinggi di bandara, baik kedatangan maupun kepergian, sangat sulit untukmengontrol asa muasal seseorang," kata Kepala Puskesmas Depok I dr Omar Indroyono pada acara Pembinaan Kelompok Kerja Penanggulangan (Pokjanal) DBD di Pendopo Kecamatan Depok, kemarin. Omar menduga, virus tersebut dibawa oleh orang yang berasal dari kawasan endemis tinggi. "Orang yang berasal dari endemis tinggi ini sudah membawa virus, dan bisa menularkannya kepada setiap orang. Sebab, nyamuk aedes aegypti bisa mengikuti orang tersebut dan terbang menggigit orang lain," terangnya.
Omar juga memaparkan data pasien DBD di Puskesmas Depok I yang meliputi Desa Caturtunggal dan Desa Maguwoharjo. Pada 2007, terdapat 161 kasus DBD, dengan dua korban meninggal dunia. "Tahun 2008 sampai dengan Maret ini terdapat 33 kasus DBD, dengan satu korban meninggal dunia," jelasnya.
Sementara Puskesmas Depok II yang wilayah kerjanya di Desa Condongcatur, tahun 2007, terdapat 57 kasus DBD dengan dua korban meninggal dunia. "Untuk 2008 terdapat 21 kasus DBD, tidak ada yang meninggal," tuturnya
Terpisah, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Sleman dr Mafilidati Nuraini menilai, kesadaran masyarakat dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Banyak warga yang lebih memilih fogging untuk memberantas nyamuk penyebab DBD.
"Padahal DBD merupakan penyakit yang disebarkan oleh virus. Nyamuk hanyalah menjadi perantara persebaran dari penyakit yang masih dianggap mematikan ini," ungkapnya. (oto)
Komentar
Posting Komentar