STANDAR KELULUSAN TAK PERLU DIPUSINGKAN ; Semua Sekolah di Yogya,Favorit

YOGYA (KR) - Dinas Pendidikan Propinsi DIY tidak pernah memberikan sebutan favorit untuk sekolah tertentu di Yogyakarta. Predikat sebagai sekolah favorit, juga bukan label yang diberikan oleh sekolah yang bersangkutan. Terkait keinginan menyekolahkan anak yang terpenting bagi orangtua dan calon siswa adalah berusaha meraih nilai terbaik di sekolah.

Penegasan tersebut disampaikan Kepala Bina Program Dinas Pendidikan Propinsi DIY, Drs K Baskara Aji MM dan Kepala SMAN 3 Yogyakarta, Drs H Bashori Muhammad MM pada seminar pendidikan di Aula Telkom, Jalan Yos Sudarso Kotabaru, Minggu (16/11) yang diselenggarakan Primagama. Pembicara lain yang hadir seorang motivator pendidikan yang juga Dirut Gladi Insan Mandiri, Drs H Dwiyono Iriyanto MM dan Kepala SMPN 5 Yogya Drs Suparno MPd dipandu Titik Hartini.

“Di Yogya tidak ada sekolah favorit dan tidak favorit. Semua sekolah, favorit. Predikat seperti itu dibuat sendiri oleh masyarakat. Kami sebagai pengelola hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik,” kata Bashori Muhammad.
Baskara Aji mengatakan, para orangtua dan calon siswa juga tak perlu memusingkan standar kelulusan dan nilai minimal lulus. Sejak awal tanamkan kejujuran dan kepercayaan diri pada anak. “Nilai kejujuran bisa mengantar kesuksesan anak,” ucapnya.
Suparno dan Bashori menegaskan, bagi orangtua sekarang ini yang terpenting menyiapkan anak untuk siap menghadapi ujian sebaik-baiknya. “Mendidik anak di rumah persoalannya kompleks, apalagi di sekolah,” ucap Bashori. Untuk itulah sekolah, orangtua dan masyarakat harus saling bersinergi, tambah Suparno.
Suparno memberi kiat, bagaimana bisa masuk sekolah favorit. Pertama, nilai Unas harus tinggi. Kedua, memahami peraturan daerah/kota dengan kuota yang ada sedini mungkin. “Bagi anak mempersiapkan mental, penguasaan materi sedini mungkin,” tandas Suparno.
(Aks/Jay)-f
Ditambahkan Dwiyono, orangtua harus bisa memahami cara belajar anaknya. Setiap anak punya cara sendiri untuk menguasai materi. “Cara belajar anak tidak bisa diseragamkan,” ucapnya. Yang terpenting, diingatkan Dwiyono, keluarga harus punya komitmen bersama dengan anak, misalnya matikan televisi setelah terdengar adzan Magrib untuk belajar.(Aks/Jay)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Super Murah "Back To School" Matahari Godean Toserba & Swalayan

Bebas 2 Pekan, Napi Asimilasi di Yogya Diciduk Gegara Nyolong Motor

Kasus Corona DIY Tambah 10 Jadi 169, Ada dari Klaster Gereja dan Indogrosir